“Jangan rindu, Berat. Kamu nggak akan kuat, biar aku saja”
Berapa kali kamu mendengar kata-kata kutipan dari film dan novel Dilan ini? Kutipan ini dipakai banyak orang, dalam berbagai situasi dan berbagai media. Meskipun (menurut saya) kata-kata itu gombal kelas gajah, tapi tetap saja tidak dapat mencegah kepopulerannya.
Ya, Si Dilan begitu populer hingga membuat orang-orang, khususnya generasi muda menjadi suka sastra dan literasi.
Lha, penting amat. Lantas kenapa? Menurut riset, orang Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Dari survei UNESCO tahun 2019, negeri tanah air kita ini merupakan negara dengan minat baca terendah kedua…. sedunia! Dari riset lain juga terlihat bahwa orang Indonesia lebih gemar memandang gadget dan cuap-cuap di media sosial.
Haduh, miris juga mendengarnya. Pantas saja kita dengan mudah menyantap berita hoax tanpa menelusuri kebenarannya lebih dulu. Mau baca males, gimana mau bebas termakan berita palsu?
Tak bisa diremehkan, fakta ini memperlihatkan bahwa orang Indonesia butuh kemampuan literasi. Namun mulai darimana mengatasinya?
Sebelum kita membahas lebih lanjut lagi, pahami dulu apa itu literasi. Literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Singkatnya, literasi berhubungan dengan kemampuan berbahasa yang kita punya.
Mengutip situs Literasi Nusantara, literasi terbagi lagi dalam 6 macam keterampilan:
Nah, di pembahasan kali ini saya mau bahas soal literasi digital. Karena berkaitan dengan dunia yang sering saya pakai sehari-hari, yaitu dunia maya dan digital.
Memiliki kemampuan literasi digital tentu berguna untuk kita yang menggunakan media digital sehari-hari, khususnya demi pekerjaan. Salah satunya kita yang memilih untuk menjadi pembuat konten. Tak cuma influencer yang suka membuat konten, blogger pun membuat konten di dunia maya.
Makanya sebagai blogger, ada baiknya kita peka dan menguasai literasi digital. Biar yang membaca artikel kita sedikit, sebuah artikel tetap adalah bentuk karya.
Pemahamannya seperti ini:
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Literasinusantara.com
Sudah jelas belum? Nah, yuk kita move on ke tahap berikutnya.
Saya suka menulis di blog. Kenapa? Karena penuturan kata-kata dalam artikel blog bisa bergaya personal dan bisa menulis topik apa saja yang saya suka. Ada unsur kreativitas dan kebebasan yang bisa digunakan.
Namun, ternyata menulis di blog bukan berarti bebas lepas menulis ‘semau gue aja‘. Ternyata blogger juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan. Manfaatnya tidak hanya untuk pembaca, tapi juga untuk blogger-nya.
Sebagai blogger, mungkin saya masih belum begitu fokus dalam memperhatikan penulisan dan editing artikel. Dalam membuat artikel untuk lomba blog, saya cenderung ekstra dalam memperhatikan poin-poin ini. Namun dalam artikel biasa, saya masih butuh diingatkan manfaat penulisan dan editing artikel. Ini diantaranya:
Hmmm, baca poin-poin di atas makin semangat nggak sih menulis dan mengedit artikel blognya? Iya, dong.
Alhamdulillah, saya salah satu peserta Kelas Growth Blogger #2 yang diadakan bulan Januari 2020 ini. Materi pertamanya adalah Teknik Menulis dan Editing Artikel Blog. Materi sharing ini diisi oleh narasumber Mbak Gilang Maulani yang menulis di www.gemaulani.com.
Menurut Mbak Gilang yang juga kepala editor di Growthing ini, ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis artikel blog:
Apa gaya penulisan yang mau kita buat di artikel? Menurut Mbak Gilang bisa berupa:
Penulisan artikel yang dijabarkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Penulisan artikel yang bercerita sesuai urutan kejadian yang punya tujuan memberikan makna agar mendapat hikmah bagi yang membaca
Penulisan artikel berupa penyampaian cerita
Membuat outline atau kerangka tulisan demi mencegah kebingungan saat menulis dan agar tulisan tidak menyimpang dari tujuannya
Dalam membuat membuat paragraf ternyata disarankan agar tidak lebih dari 5 baris per paragraf dan umumnya berisi 4 kalimat. Hal ini dimaksudkan agar pembaca tidak mudah lelah dan bosan.
Penggunaan huruf kapital sendiri ada aturan-aturannya. Lengkapnya bisa dilihat di dalam gambar.
Ada 12 kata berpartikel pun yang boleh disambungkan; Adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun dan walaupun. Selain dari 12 kata tersebut penggunaannya dipisahkan.
Sementara itu penggunaan partikel kah, lah dan tah selalu disambung dengan kata yang mendahuluinya.
Bagaimana dengan penggunaan kata depan? Jika diikuti dengan kata kerja pasif, kata di, ke dan dari penggunaannya disambung. Ini dengan catatan dapat diubah menjadi kata kerja aktif. Mbak Gilang mencontohkan kata ‘diubah’ bisa menjadi ‘mengubah’. Jika penggunaannya sebagai kata depan, kata di, ke dan dari harus dipisah.
Tak luput dari pembahasan, kata hubung juga harus diperhatikan penulisannya. Mbak Gilang menyebutkan bahwa kata hubung yang terdiri dari untuk, yang, ke, di, dari, dan, namun, tetapi, sehingga, melainkan dan sejenisnya ditulis dengan huruf kecil jika berada di judul maupun sub judul.
Menulis singkatan juga harus diperhatikan, karena banyak yang menuliskan singkatan dulu baru kepanjangannya. Padahal seharusnya terbalik. Hmm, ayo diingat-ingat. Pernahkah kita menulis seperti ini?
Ketika proses penulisan artikel telah selesai, maka proses selanjutnya yang tidak boleh di-skip adalah proses editing. Meski kita sebagai blogger telah yakin betul artikel itu sudah sempurna, namun tetap saja sebagai manusia mungkin kita saja kita lengah akan kesalahan.
Jangan lupa untuk memperhatikan poin-poin ini:
Mbak Gilang juga memberikan tips lancar editing: memperbanyak baca buku, membuat catatan untuk kata-kata yang sering kita salah untuk dihapalkan dan dicatat di tempat-tempat yang sering kita lewati. Tips penting terakhir adalah mematikan semua notifikasi di handphone atau komputer sehingga fokus kita hanya tertuju pada proses penyuntingan artikel.
Selain dari materi yang disampaikan di atas, kita tetap juga harus cek Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Wow, berguna banget ilmu dari Mbak Gilang ini. Sekarang tinggal menerapkannya saja.
Melihat minimnya minat baca di Indonesia, rasanya kita perlu menggiatkan minat baca minimal dari diri kita sendiri dulu. Baru kemudian ‘menularkannya’ ke yang lain.
Sebagai blogger, setidak-tidaknya cara meminimalisir minimnya literasi di Indonesia dalah memulai dari diri sendiri dulu. Memiliki kemampuan menulis dan editing dalam menulis artikel blog yang baik adalah cara saya dalam mencontohkan kemampuan literasi yang baik.
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi
https://literasinusantara.com/literasi-digital-pengertian-tantangan-dan-peluang/
Pengalaman Unik dan Berkesan Saat Jepret Foto - Tadinya saya menulis ini demi memenuhi tantangan…
2024 Dalam Tulisan Blog - Ngga kerasa sudah di penghujung tahun. Seharusnya kalau liat ritme…
Buku-Buku yang Dibaca Tahun 2024 - Saat tulisan ini naik, 2024 sudah menuju akhir. Setelah…
Foto Hitam Putih dan Keseruannya - Untuk tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog terakhir tahun 2024…
Menggunakan Mind Mapping untuk Mencari Ide - Beberapa bulan ini saya dan si kecil menerapkan…
Tips Menentukan Nama Blog - Apakah kamu mau bikin blog tapi bingung mau menamakannya apa?…
This website uses cookies.
View Comments
Wah ini, kalau aku bekerja dengan notif HP mati juga sih, tetapi masih aja buka misal WA Web, hasilnya kepecah-pecah. ahahha. Lha gimana juga ya, karena pekerjaannya musti koordinasi juga dengan pihak lain.
Iya juga ya. Mungkin sih boleh aja notif HP menyala, tapi kitanya bisa manajemen prioritas juga waktu menulis
Terus memberi inspirasi sunglow mama, artikelnya bermanfaat
Artikelnya banyak yg bermanfaat :) terus memberi inspirasi sunglow mama
Makasih ibu Kiki
Miris memang literasi digital di Indonesia masih memprihatinkan. Dengan adanya kegiatan blogging, lalu blogwalking sebetulnya bagus untuk meningkatkan literasi digital. Dan benar, menulis blog ada sistematikanya seperti membuat artikel ilmiah tapi versi santai dan kekinian
Sayang ya :( semoga para blogger bisa mencontohkan dengan baik ya
Beruntung nih saya mampir kesini. Dapat tambahan ilmu lagi tentang literasi. Dannn saya setuju banget, meskipun nulis di blog bisa suka-suka, tapi sebaiknya tetap mengacu pada KBBI dan PUEBI. Thanks for sharing, mba Andina
Artikel menarik, jadi dapet ide untuk tugas pjj tentang literasi digital
Sama-sama, Mba Wiwin :)
baru tau ada istilah literasi digital. Kira-kira konten di sosial media yang berupa gambar dab video termasuk bagian dari literasi digital gak ya?
Wah, yang ini harus di-recheck lagi
Ketawa di gombal tingkat GAJAH hahaha. Betul sekali memang tentang minat baca yang rendah. Semangat untuk turut memajukan literasi digital, Ndiieeenn!
Aamiin, you juga dong Nggun #caritemen
Sama seperti kata2 "melek digital" yaa
Sebagai bl9gger wajib hukumnya melek literasi ya Kak. Sètuju nih tugas kita berat tapi jangan dibikin susah hehe tetap mai belajar untuk menjadi bagian pendukung literasi digital negeri tercinta
iyes. setujuuu
Mantap nih, jadi tambah ilmu & semangat buat baca2 literasi buat sumber tulisan2 ku. Makasih banyak!
Sama-sama, Dinny
Literasi itu luas banget ya. Kadang kita suka menyempitkannya sebatas baca tulis saja. Itu juga prakteknya kadang masih sulit.
Keren nih. Jaman skr jangankan penikmat tulisan, wartawan aja banyak yg ga paham literasi.
Miris sekali, padahal wartawan termasuk profesi yang paling berhubungan dengan literasi
Betul, mba. kok ngga ngeh selama ini literasi termasuk di dunia digital juga