Categories: Tips

Membahas Batasan Me-Time Untuk Ibu

Istilah Me-Time Untuk Ibu, Wajar Atau Berlebihan? – Baru-baru ini saya menulis tentang kebahagiaan. Diantara daftar dari hal yang buat saya bahagia, terseliplah kata me-time. Meskipun banyak yang berpendapat me-time Ibu itu penting, tetap saja ada yang berpendapat hal ini berlebihan atau tidak bijak jika terlalu diseriuskan.

Sebenarnya bagaimana yang benar? Siapa yang menganggap me-time untuk Ibu itu mengandung ancaman sendiri? Lalu, bagaimana opini saya tentang ini? Yuk kita telusuri satu-satu.

Table of Contents

Definisi Me-Time

Sebelum membahas lebih dalam, kita jabarkan dulu apa itu me-time. Me-time adalah sebuah istilah momen dimana seorang individu melakukan aktivitas sendirian yang ia nikmati. Seperti melakukan hobby atau memanjakan diri. Secara garis besar, kegiatan me-time adalah kegiatan membahagiakan diri sendiri.

Namanya juga manusia diciptakan dengan berbagai karakter dan kondisi, sehingga kegiatan me-time satu orang dengan yang lainnya berbeda-beda. Seseorang yang dasarnya suka jalan-jalan, tentu ingin kegiatan me-time-nya berwisata ke tempat baru. Ada yang senang merajut, ya dia akan cari kesenangan membuat berbagai macam kerajinan rajutan. Ada pula yang senang gardening, tentunya dia suka menghabiskan waktu berkebun dan menumbukan tanaman-tanaman kesukaan.

Kalau saya salah satunya suka menulis di blog dan fotografi, juga bergabung dengan komunitas ibu-ibu. Me time apa yang kamu suka? Tentu kamu sendiri yang bisa jawab.

Manfaat Me-Time

Kegunaan me-time adalah menyegarkan otak dan pikiran sehingga lepas dari penat dan stress, bagus untuk mental health dan agar mengembalikan mindset menjadi positif. Jadi kata lain dari me-time adalah refreshing atau menyenangkan hati.

Biasanya mereka yang menyempatkan me-time kembali menjadi ‘segar’ sehingga kembali menjalankan rutinitas dengan senang. Istilahnya healing buat anak Jaksel mungkin ya, hihihi.

Ibu, Kesibukan dan Me-Time

Ketika masih single, melakukan me-time rasanya tidak begitu sulit. Kecuali kamu berada di medan yang penuh konfilik atau mendedikasikan diri membantu keluarga atau orang yang membutuhkan. Karena, untuk melaksanakan me-time hanya butuh manajemen waktu diri sendiri.

Sementara jika telah berkeluarga, melakukan kesenangan (tidak melulu harus me-time) butuh manajemen sendiri. Karena peran kita terkait orang lain yang bergantung pada kita, seperti anak-anak, pasangan dan orangtua. Jika kamu seorang Ibu, besar kemungkinan kesibukan harianmu adalah mengurus anak-anak. Apalagi ketika anak masih balita atau bayi, anak-anak masih sangat tergantung Ibu atau tidak bisa jauh dari Ibu.

Karena sering ditempeli anak, banyak Ibu merasa overwhelmed dengan kesibukan dan penat. Sehingga ia lupa dengan kebutuhan diri sendiri (dari hal dasar butuh mandi, makan hingga butuh menyenangkan batin agar tidak beberes melulu atau mengurus keluarga selalu). Itulah kenapa banyak Ibu, khususnya masa kini, ada tuntutan untuk me-time.

Entah kenapa kata me-time direlasikan dengan kegiatan memanjakan diri a la wanita seperti pergi ke salon dan berbelanja. Kata me-time sendiri sepertinya baru marak di tahun 2000-an ini. Generasi sekarang memiliki kecenderungan melakukan kesenangan dengan melakukan hal yang mewah sehingga me-time sering dikaitkan dengan having fun atau bersenang-senang/berfoya-foya.

Padahal sih me-time tidak selalu seperti itu. Me-time orang introvert dan ekstrovert itu berbeda. Me-time orang yang memiliki budget lebar dan budget tipis juga beda.

Pendapat Tentang Me-Time Buat Ibu

Ada berbagai macam pendapat tentang me-time. Mungkin ada yang berpendapat harus dengan kekeh, tapi ada juga yang menganggap me-time buat emak-emak ini overrated.

Sebagai contoh, ketika masa saya kerja sebagai video editor ada rekan kerja yang mengeluhkan istrinya menuntut ingin refreshing. Waktu itu bayi mereka kira-kira berusia 1 tahun. Ternyata definisi refreshing sang istri adalah bertemu dengan teman-teman dan chit-chat (yang saya tangkap catch up kabar masing-masing) ngerumpi. Lalu rekan kerja itu berkata, “Buat apaan sih cewek-cewek begitu (dimana bagian refreshing-nya)?”

Sementara itu ada kalangan yang berpendapat me-time untuk Ibu penting banget, karena kalau ibu bahagia maka ia akan merambat ke aktivitasnya termasuk aktivitas mengurus keluarga dan rumah. Nah saya salah satu dari kalangan itu. Tapi,… ada tapinya. Kita bahas dibawah ya.

Ada juga kok jenis pasangan lain yang sangat mendukung istrinya melakukan me-time hingga rela menjaga anak-anak sampai seharian. Tapi lucunya, malah orang lain yang nyinyir dan menganggap si ibu ‘tega banget’ meninggalkan anak-anak pada suami.

Generasi Masa Kini

Generasi sekarang sepertinya sudah biasa dengan istilah me-time, termasuk me-time buat Ibu. Wajar jika Ibu mungkin begadang atau dikit-dikit cek sosmed demi curi-curi me-time. Saya pernah baca juga ada seorang Ibu yang menyewa baby-sitter demi ‘keluar dari rumah’ selama beberapa jam. Namun bukan berarti tanggung jawab Ibu juga berkurang. Malah rasanya tuntutan Ibu ‘harus’ sempurna tetap ada.

Ibu kini seperti bisa menuntut untuk me-time namun tak semua pasangan dapat mendukung ini. Ada yang dengan senang hati membantu ibu mendapatkan waktu refreshing, lainnya tidak karena memang sibuk atau menganggap me-time ini agak ‘mengada-ada’.

Psikolog Anastasia Satrio menyebutkan bahwa waktu ideal me-time adalah 30 menit per harinya. Karena menurutnya jika dilakukan berlebihan maka jatuhnya adalah selfish alias egois, bukanlah me-time.

Nasihat Islami Tentang Me-Time

Di tengah kentalnya istilah me-time masa kini, satu hal yang juga harus disimak adalah dari sisi kepercayaan. Dalam Islam misalnya, memandang me-time sebenarnya dibolehkan tapi ditakutkan akan membuat Ibu ‘lupa diri’. Lupa akan kewajibannya dalam mengurus suami, anak dan rumah.

Dari beberapa nasihat Islami yang saya temukan, ada pula kekhawatiran bahwa me-time merupakan upaya liberalis memasukkan pemahamannya. Sehingga membuat ibu ‘membenarkan’ waktu untuk dirinya dan melupakan kewajibannya.

Karena istilah me-time lekat dengan aktivitas keluar rumah, sementara Ibu dalam Islam sebaiknya berada di rumah karena sudah merupakan kewajibannya dan bentuk tanggung jawabnya. Kalau mau keluar rumah, harus dengan seizin suami.

Hal ini terlihat mengekang mungkin bagi sebagian orang, namun Islam mengatur sedemikian rupa demi melindungi wanita dari fitnah dan bahaya yang mungkin dianggap kuno pula di jaman sekarang.

Saya sendiri sih memang orang rumahan jadi tidak merasa hal ini mengekang, malah justru merasa terlindungi. Lagipula masa kini sudah ada internet yang bisa diakses dari rumah. Jadi nggak mati gaya banget, Alhamdulillah. Sesekali saja mesti keluar rumah karena penat.

Mau me-time di rumah dapat dengan meluangkan waktu untuk ibadah kepada-Nya

Di beberapa sumber yang saya dapat, bentuk me-time Ibu sebenarnya bisa didapat dari menjalankan ibadah shalat. Karena dengan shalat kita berbicara one-on-one pada Yang Maha Kuasa dan curhat. Bisa minta kepada-Nya agar dimudahkan menjalani kesibukan atau simply menangis sejadinya karena mumet.

“Sholat adalah Me Time kita. Mengapa Sholat? karena sholat adalah break kita dari segala aktifitas yang melelahkan. Sholat adalah “perpisahan” kita dengan dunia yang membuat kita lupa akan dunia dengan segala isinya, yang ada hanya diri kita dan Allah… Sholat adalah waktu spesial dimana kita bermunajat dengan-Nya, mencurahkan isi hati kita kepada-Nya, melepaskan segala beban, dan memasrahkan semua hanya kepada Allah. Maka tatkala sholat usai… hati kita akan ringan, tenang, tentram, dan kitapun siap kembali mengarungi hidup kita, seberat apapun itu… Sholat telah merecharge kita, energi yang tadinya hampir habis, berada di titik terendah, telah terisi kembali dengan energi positif!”

Era Muslim

Selain membaca Al Qur’an, sumber lain juga menyarankan agar melakukan kesenangan bersama keluarga, sehingga tidak perlu meninggalkan rumah ataupun jauh dari anak. Untuk ini tentu cara tiap keluarga berbeda mencari kesenangan. Ada yang membaca buku dan nonton bersama-sama atau sesederhana bercanda bareng.

Menurut saya sendiri, saran-saran ini benar karena terbukti saya lakukan sendiri. Kadang kala bingung ya mau curhat ke siapa. Setelah shalat dan baca Al Qur’an, hati lebih tenang dan pikiran jadi lebih jernih.

Solusi Ibu Happy

Lantas bagaimana memandang me-time ini? Kalau opini saya, Ibu bisa melakukan me-time tergantung dari kondisi dan situasi. Dimanapun Ibu melakukan me-time, selalu ingat kewajiban dan jangan kelamaan. Karena yang berlebihan itu tidak baik. Jadi saya setuju dengan psikolog Anastasia Satrio, kalau berlebihan jadinya egois.

Bisa jadi lho Ibu me-time di rumah main games atau nonton berjam-jam? Meski di rumah tapi jadi menelantarkan kewajiban karena asyik dengan dunianya sendiri. Jadi bukan masalah keluar rumah atau di dalam rumah. Filter-nya dan batasannya harus dari si Ibu.

Solusi me time itu tidak jauh dari manajemen keinginan, sedikit pengorbanan waktu istirahat dan bala bantuan orang lain. Bisa dengan refreshing bersama keluarga, mencari waktu kesenangan di rumah saja dengan penggunaan waktu sewajarnya atau kalaupun perlu dibantu pasangan atau orang lain menjaga anak sebentar.

Kesimpulan

Take time to do what makes your soul happy” adalah salah satu me time quotes yang betul, tapi jangan sampai meninggalkan kewajiban ya Moms! Tentu setiap ibu ingin fill their cup biar jiwa bahagia dan menularkannya ke keluarga, tapi bukan berarti bisa absen dari tanggung jawab.

Bagaimana menurutmu tentang tulisan ini? Share opinimu juga ya!

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog Maret 2022

Sunglow Mama

Seorang Ibu Rumah Tangga yang suka blogging dan berbagi tentang sisi kreatifnya. E-mail saya ke missdeenar@gmail.com untuk kerjasama

View Comments

  • Banyak yang salah kaprah memang ya soal me time. Aku sih melihat me time itu perlu tapi yg namanya tugas dan tanggung jawab utama harus udah beres. Tentunya kembali dengan kesepakatan dengan paksu, bukan harus reguler tiap hari atau tiap bulan keluyuran sendiri, tapi ya di rumah juga bisa, misalnya waktu menulis tanpa gangguan, itu juga me time kok.

  • Waktu anak-anak masih kecil….’me time’ jadi barang mewah. Bisa menyelesaikan satu judul film tanpa ada interupsi rasanya luar biasa lho teh (karena ini kan durasinya panjang yak hehehe). Tapi setelah mereka membesar, ternyata saya yang berusaha ikutan ‘nimbrung’ sama mereka

  • setuju nih teh … me time dengan salat dan tilawah al-qur’an
    aku suka me time jalan dan sepedaan teh he3 … kalo ke salon malah gak terlalu senang, paling ke salon potong rambut. pas pandemi aku potong rambut sama teteh aja ngasal ha3 … kan gak ada yang liat juga.

    salam semangat

  • Makin sekarang memang makin banyak yang menjadikan me time sebagai hak ibu yang wajib dipenuhi oleh suami dan anak-anaknya. Tapi banyak juga yang kebablasan, me time nya sering banget atau lama banget. Alasannya stres lah, cape lah, padahal nggak sebanyak itu juga sih me time yang dibutuhkan. Setuju banget kalau me time itu dibutuhkan, tapi tetap ada batasannya.
    Saya sendiri karena masih ada anak bayi dan kebetulan tipe orang rumahan, ya curi-curi waktu me time di rumah aja. Misal nunggu sholat isya setelah sholat magrib sendirian di sajadah sementara anak-anak main sama ayahnya. Kalau sudah penat banget sama rumah ya kadang minta waktu keluar sebentar sih, misal ke supermarket sendirian.

  • ME time ini emang topik yang selalu kontroversial ya teh untuk dibicarakan. Kadang jadi ibu ya bukan cuma dilihat suami saja tapi juga dilihat masyarakat. Kadang ada peer pressure juga. Kalau keluar rumah kelamaan, bisa juga diomongin tetangga dll.

    Sekarang sih me-time aku gak jelas juga wujudnya haha. Tapi karena anak-anak sudah ke sekolah dan cukup lama di luar (6 jam sehari) ya di situlah aku beres-beres sendirian (bapaknya kerja), ya jadi sekalian jadi emak sekalian me-time. hehehe. Makasih teh artikelnya ya :)

  • Memang ME time ini topik yang selalu kontroversial ya teh untuk dibicarakan. Kadang jadi ibu ya bukan cuma dilihat suami saja tapi juga dilihat masyarakat. Kadang ada peer pressure juga. Kalau keluar rumah kelamaan, bisa juga diomongin tetangga dll.

    Sekarang sih me-time aku gak jelas juga wujudnya haha. Tapi karena anak-anak sudah ke sekolah dan cukup lama di luar (6 jam sehari) ya di situlah aku beres-beres sendirian (bapaknya kerja), ya jadi sekalian jadi emak sekalian me-time. hehehe. Makasih teh artikelnya ya :)

  • Ehehehe saya mirip dengan teh Lia. Dulu pas si bocah masiy bayi, melakukan me-time itu sesuatu yang rare dan precious. Ehh sekarang anaknya sudah kelas 6, pengennya ikut involved di aktivitasnya, wkwkwk. Jadi dinikmati sajalah setiap masanya ehehe. :)

    Dulu me-time saya itu adalah jalan-jalan ngemall sama Pak Suami wkwkwk. Di rumah, baby dijagain kedua eyang putrinya. Saya malah jaraang sekali me-time sendirian keluar rumah, pasti barengan Pak Suami ehehe. Memang dasarnya anak rumahan siy ya,

    Selalu suka membaca tulisan Andina yang selalu ada elemen kebijaksanaan di dalamnya :)

    • Aku termasuk orang yang cukup beruntung bisa sering punya me time. Karena me time aku itu kerja . Aneh banget ya :))

      Soalnya kalau nggak kerja malah suka jadi stress sendiri. Jadi suami aku mendukung aku kerja. Karena tau lebih repot kalau aku stress :P

      Tapi akunya sendiri juga harus tau diri cari kerja yang nggak ngabisin waktu plus fleksible waktunya. Kalau sudah terlalu berlebihan biasanya suami juga suka negur, biar nggak kebablasan "me time"nya.

  • Abis baca ini aku jadi mikir me time ku kayanya selain ibadah adalah ngeblog, karena kayanya emang ga pernah/jarang banget keluar rumah tanpa anak dan suami haha, kecuali ke kantor..eh ini sebenernya me time juga :).

    Sewajarnya aja kali ya, tapi bener kata Andina, di sini banyak temenku yang juga pakai jasa baby sitter untuk jaga anak kalau mereka mau keluar 2-3 jam an di weekend, karena jarang yang ada asisten di rumah atau orang tua.

  • Me time memang tidak selalu bermakna seorang ibu harus keluar rumah (sendirian) untuk menjalankan aktivitas yang bisa membuatnya melepas penat dari berbagai aktivitas di dalam rumah. Saya sangat sepakat soal ini. Lagipula, semisal bisa beribadah dengan tenang, bisa libur memasak, bisa punya waktu untuk tidur siang tanpa diganggu pasangan dan anak-anak sesekali, sesungguhnya juga sudah bagian dari me time.

    Tergantung bagaimana kita melihat dan menyikapinya ya, Kak.

  • Alhamdulillah, makin ke sini, momen me time malah mulai kebanyakan
    Utamanya karena anak-anak sudah mulai sibuk sendiri dengan aktivitasnya.
    Bagaimanapun, setelah semua keluarga inti mulai aktif beraktivitas, momen me time jadi hak istimewa masing-masing kita.

Recent Posts

Buku-Buku yang Dibaca Tahun 2024

Buku-Buku yang Dibaca Tahun 2024 - Saat tulisan ini naik, 2024 sudah menuju akhir. Setelah…

7 days ago

Foto Hitam Putih dan Keseruannya

Foto Hitam Putih dan Keseruannya - Untuk tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog terakhir tahun 2024…

2 weeks ago

Menggunakan Mind Mapping untuk Mencari Ide

Menggunakan Mind Mapping untuk Mencari Ide - Beberapa bulan ini saya dan si kecil menerapkan…

4 weeks ago

Tips Menentukan Nama Blog

Tips Menentukan Nama Blog - Apakah kamu mau bikin blog tapi bingung mau menamakannya apa?…

2 months ago

Kumpul-Kumpul Ibu-Ibu Blogger MGN di Depok

Kumpul-Kumpul Ibu-Ibu Blogger MGN di Depok - Sejak menulis best times kumpul-kumpul sebagai blogger, sebenarnya…

2 months ago

Review Film Budi Pekerti (2023)

Review Film Budi Pekerti (2023) - Ada sebuah fase di hidup saya saat pindah haluan…

3 months ago

This website uses cookies.