Ibu dan Jeda Aktivitas – Minggu ini saya putuskan untuk melakukan jeda dari aktivitas biasa dan melakukan evaluasi pendidikan anak. Di saat yang sama, orang rumah baru saja melewati masa peak sakit dan butuh makanan rumah. Sehingga saya putuskan untuk memasak selama beberapa hari.
Sebenarnya sejak awal menikah saya terbiasa masak sendiri, meskipun tentu saja sesekali bisa pesan makanan. Namun sejak fokus mengerjakan freelance, saya putuskan untuk memesan makanan agar praktis. Dan wow, ternyata meskipun saya sudah berusaha ngga repot tapi ngga semudah yang saya pikirkan.
Meskipun kegiatannya ‘begitu saja’ saya merasa begitu kewalahan. Alhamdulillah gol tercapai, menu makanan yang saya masak insya Allah sesuai tapi akhirnya kok saya yang kecapean. Belum dengan kesibukan lainnya seperti mengurus rumah. No, di rumah tidak ada asisten rumah tangga.
Di suatu titik, saya yang kecapekan ini masih saja memikirkan setumpuk pakaian yang belum disetrika. Akal logis saya menolak mengerjakan karena tubuh saya sudah ngilu-ngilu. Tapi tidak dengan dorongan diri saya sebagai Ibu Rumah Tangga yang ingin menuntaskan segala pekerjaan rumah. Belum-belum memikirkan ngeblog seperti Mbak Blogger Cianjur ini. Kalau mau ikuti rasa perfeksionis, semua rasanya ingin dikerjakan langsung hingga tuntas.
Flashback Melihat Ibu ‘Nggak Bisa Diam’ Sejak Kecil
Saat saya belum menikah dan masih tinggal di rumah orangtua, saya suka melihat ibu saya sudah beberes rumah sejak subuh. Sejak saya baru bangun pagi. Dia kelihatan sigap mengurus ini-itu. Bahkan di hari Minggu juga. Ya, dia masih menyempatkan membaca koran dan ngeteh di teras.
Namun beberapa kali saya suka heran melihatnya masih beberes walaupun sudah mengeluh kecapekan. “Udahlah Ma, istirahat dulu.” Tapi seringnya dia tidak mendengarkan. Masih saja berdiri dan beberes. Dalam hati saya bingung kenapa dia ‘bandel’? Gemas juga kadang melihatnya. Rasanya ingin melihat Ibu santai sejenak dan refreshing.
Kini saya bisa mengerti apa yang ada di kepalanya saat itu. Rasanya seperti ngeganjel kalau rumah berantakan. Meskipun badan capek, kok rasanya haruuuus dibereskan segera? Padahal pasangan atau orang rumah juga nggak ngeluh atau memperhatikan.
Ini analisa saya kenapa fenomena ini kejadian:
Kenapa Ibu-Ibu Suka Nggak Tenang Sebelum Beberes Selesai
Standar Diri
Sebagai seseorang yang ingin menjadi yang baik dan sesuai, kita punya standar tertentu akan sesuatu. Standar kebersihan, standar merawat diri, standar makanan sehat dan sebagainya. Kalau sesuatu tidak sesuai standar pribadi, tentunya kita ingin memperbaiki. Apalagi di ranah rumah tempat kita tinggal. Sebagai Ibu, rumah adalah tanggung jawab kita. Tentu dong kalau ada yang gak sesuai, kita bertanggung jawab membereskannya.
Target
Selain punya standar, kita juga punya target atau arah yang kita mau dalam melakukan sesuatu. Misalnya hari ini harus membuang barang yang gak perlu atau menyempatkan me-time, karena hari lain tidak ada waktu. Kita punya analisa dan perhitungan sehingga target dibuat. Nah kalau sesuatu tidak sesuai target, kita punya kekhawatiran bahwa akan berdampak jelek di kemudian hari.
Image
Sebagai manusia yang hidup di berbagai golongan atau berada dalam komunitas, kita suka memikirkan imej atau persepsi orang kepada diri kita. Kalau bukan tamu, tetangga atau keluarga bisa memikirkan berbagai macam ke diri kita jika kita tidak melakukan yang sesuai mereka harapkan.
Tidak Ada Lagi Yang Bisa Mengerjakan
Mom kadang adalah seorang single fighter di rumah. Entah suami sibuk kerja, anak-anak masih kecil-kecil atau tidak punya ART yang bisa dipercaya? Jika bukan Ibu yang mengerjakan, maka akan salah atau tidak ada seorangpun yang bisa mengerjakan. Jadi mau nggak mau harus bangkit dan melakukan sesuatu padahal sudah sangat capek.
Bagaimana Mengambil Jeda Untuk Ibu?
Mindset Yang Benar
Pertama-tama sebelum memikirkan mau istirahat atau jeda, penting untuk punya pikiran yang benar dulu. Salah-salah kita mengerjakan sesuatu dengan setengah hati atau kurang pas dan terarah.
Dalam Islam, ada keharusan untuk melaksanakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh. Sehingga kalau mau mengerjakan sesuatu harus dengan niat. Jika tubuh kurang istirahat dan mumet, rasanya susah untuk konsentrasi penuh dan sungguh-sungguh. Terlebih, harus ingat kenapa kita mengurus rumah? Motivasinya apa? Kalau alasannya kurang kuat, pengerjaannya jadi setengah-setengah.
Karena sesuatu semestinya dikerjakan dengan penuh niat, badan dan pikiran juga harus ‘on’. Bagaimana ‘on’-nya kalau cranky (pengen marah-marah karena kurang istirahat)? Gimana mau full beraktivitas kalau di dalam hati kesal atau lelah luar biasa? Kalau tugas Ibu di rumah bisa dapat pahala, mengerjakan dengan jengkel dan buru-buru malah ngga dapat berkah.
Isi dulu tangki energi dan pikirannya sehingga mengerjakan sesuatu dengan lebih konsentrasi dan dengan niat. Mindset seperti ini harus dimiliki dulu agar tidak sekedar secara fisik saja bergerak. Lagipula, overwork termasuk dzalim ke diri sendiri. Punya tubuh dan pikiran yang sempurna dan baik itu berkah dan jangan lupa dirawat karena termasuk menghargai pemberian-Nya.
Kurangi Standar Untuk Kewarasan
Terlebih untuk Ibu yang memiliki sifat perfeksionis tinggi, mengejar standar adalah pencapaian. Tapi standar dibuat biasanya agar segala sesuatu lebih terkendali. Kita bisa mengejar standar, tapi melupakan poin lainnya seperti kebutuhan istirahat ataupun lainnya.
Agar Ibu lebih ‘waras’, Ibu bisa mengurangi standar dengan catatan masih bisa diterima. Misalnya hari ini harusnya menyapu dan mengepel. Tapi karena lelah, Ibu bisa menyapu saja atau hanya mengepel bagian yang sangat kotor.
Masih Ada Hari Esok
Satu hari ada 24 jam kadang terasa kurang ya. Belum dipotong ini dan itu. Tapi yang jelas setelah mengatur prioritas, kita bisa lihat poin mana saja yang masih bisa dikerjakan nanti. Nanti disini juga bisa berarti ditunda hingga besok.
Namanya juga manusia, bukan robot atau mesin. Jangan forsir badan untuk sesuatu yang bisa dikerjakan besok.
Percayakan Pihak Lain
Ini mungkin poin yang umum dan favorit emak? Kalau memungkinkan, percayakan pihak lain untuk membantu tugas Ibu. Bisa orang sekitar; keluarga, pasangan, tetangga atau seseorang yang bisa dibayar (hired help).
Tentunya butuh kepercayaan dan kemampuan juga dari pihak luar. Nggak bisa asal juga kita mempercayakan ya, apalagi dengan orang yang lebih tua atau dari keluarga. Atau asal memesan jasa tanpa membaca ulasan pelanggan sebelumnya. Yang jelas, nggak salah kalau kita dibantu orang lain.
Teknik Jeda Untuk Ibu
Kalau mau istirahat, gampang ya tinggal istirahat…secara teori. Tapi ada juga yang kejadian seperti Ibu saya dan saya sendiri, kadang walau lelah tapi kepikiran belum kelar ini-itu. Makanya ada juga teknik istirahat seperti misalnya teknik Podomoro.
Teknik Podomoro
Teknik ini menggunakan waktu presisi bekerja 25 menit dan 3-5 menit istirahat. Teknik ini dimaksudkan agar bekerja lebih efektif. Kita buat dulu deretan pekerjaan yang mau dilakukan dan dikerjakan selama 25 menit (bisa gunakan timer), lalu setelahnya istirahat.
Break Ibadah
Inilah seninya ada waktu ibadah adalah ada waktu sejenak untuk terkoneksi pada-Nya. Berdoa sendiri dikatakan memiliki efek rileks kepada kita. Karena kita melepaskan harapan kepada Yang Maha Kuasa.
Seorang muslim ada 5 waktu shalat dan belum shalat sunnah lainnya. Jadi jika kita ibadah dengan sungguh-sungguh, jadi insya Allah melepas stress.
Power Nap
Tidak punya banyak waktu istirahat, bisa tidur selama 20-30 menit saja yang disebut power nap. Tidur kebanyakan juga nggak bagus karena bisa membuat efek lemas. Tapi tidur selama 20-30 menit lumayan untuk menambah energi.
Ngopi Dulu
Benar-benar nggak ada waktu istirahat? Hmmm, Alhamdulillah kita hidup di jaman yang memiliki minuman kopi. Minum kopi bisa menambah atau boost energi selama 2 jam kira-kira. Tapi hati-hati jangan minum terlalu sore atau malam, karena bisa susah tidur saat malam hari.
Penutup
Pekerjaan Ibu rumah tangga selalu ada namun berkahnya banyak jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Agar tidak berlebihan bekerja hingga kecapekan, jangan lupa istirahat ya Moms! Jangan terburu-buru ingin semua cepat selesai dan sempurna. Karena nothing will ever be perfect.
Silahkan ambil waktu istirahat. Demi diri dan keluarga. Dan tentunya untuk masa depan. Semoga tulisan ini membantu 🙂
Aku gak perfesionis banget juga bikan tipe yang santai. Pokoknya yang masih bisa dikerjakan kerjakan kalau sulit tinggal lihat apa bisa ditunda. Kalau gak bisa cari solusinya dan semua dibawa santai biar gak stres
Mba Andin, aku jadi inget zaman dulu tuh aku bisa dibilang perfectionist kalo urusan bersih2 rumah . Pantai aja bisa disapu berkali2, sampe ga kliatan ada debu atau kotoran masih nyisa . Yg ada nih, padahal rumah kecil, tapi butuh waktu 2 jam untuk nyapu doang , dan badan ku juga super capek .
Baru setelah pindah ke Jakarta dan nikah, aku belajar utk mengurangi kadar perfectionist tadi. Aku pake ART, dan Krn waktu itu kerja, jadi udahlaah aku serahin ke mereka aja urusan rumah. Drpd pulang kantor aku msh stress.
Kalo Skr, aku udh ga terlalu gitu lagi. Yg penting lantai udah divacum dan pel, udah cukup. Kebetulan ART Skr kerjanya resiiik bgt.
Cuma memang ya mba, kalo liat rumah masih belum 100% beres, langsung gatel mau bersihin. Kayak piring kotor abis makan malam. Numpuk, kalo kata suami, besok pagi aja tunggu ART. Asistenku ga nginep soalnya.
Tapi mana bisa, aku langsung bayangin kecoak , semut bermunculan ntr . Akhirnya pasti aku cuci bersih semua. Baru setelah itu puaaas liat dapur kinclong . Memang udah std kita sih yaa