Pernahkah dirimu menulis jurnal? Atau, menulis buku diary? Minimal ketika kamu masih kecil?
Saya ingat, waktu kecil punya buku diary berukuran A5 berkertas pink dan berbau harum, alias memakai scented paper. Saya juga punya buku diary lain dimana saya menulis kegiatan sehari-hari, perasaan saya hingga kesenangan saya. Saya bahkan masih suka journaling sampai masa kuliah.
Kini sudah masa digital, menulis tangan lebih jarang dilakukan karena dianggap tidak praktis dan memakan waktu. Padahal, menulis tangan memiliki keuntungan dan manfaatnya sendiri, lho.
Handwriting atau menulis tangan itu sesuatu yang relatif jarang saya lakukan sekarang. Karena kalau melihat saya menulis di buku, si kecil biasanya minta gambar ini-itu dan waktu journaling buyar. Minimal saya menulis ketika mencatat materi kalau ikut webinar, atau menulis alamat paket untuk dikirimkan.
Tapi tulisan tangan saya dianggap bagus, hingga suka diminta menulis untuk kartu ucapan atau alamat untuk ditempel di paket. Pernah juga suatu ketika, saya diminta menulis untuk papan nisan(!).
Oh ya, saya juga sempat mendapat kelas tipografi waktu kuliah. Tak disangka, saya menikmati kelas itu di saat teman-teman sulit mengeluh susah membuat tugasnya. Nilai saya di mata kuliah dengan bobot 3 SKS itu adalah A, lho (nggak nyangka juga).
Yang menarik lagi dari menulis tangan, adalah setiap orang punya karakter tulisan tangan berbeda-beda. Bahkan, dari tulisan tangan bisa ketahuan sifat dan emosi kita. Wow.
Jangan dulu berpikir ‘tulisan tanganku jelek, nggak usahlah repot menulis tangan’. Juga jangan buru-buru menganggap menulis tangan itu ribet. Ternyata ada keuntungannya menulis dengan tangan dibanding mengetik.
Ada penelitian yang membahas fenomena ini:
...Mereka yang menulis tangan punya memori pengingat yang lebih baik ketimbang mereka yang menulis menggunakan kibor. Lebih lanjut, kelebihan menulis tangan yang lain yaitu membantu seseorang memahami suatu hal lebih efektif .
literasinusantara.com
Mungkin itu sebabnya waktu sekolah kita diharuskan mencatat tulisan pelajaran dari papan tulis. Ternyata handwriting bermanfaat untuk mempelajari sesuatu.
Ada kabar baik untuk Sunglow Reader yang suka menulis jurnal, khususnya menulis jurnal harian. Dari sisi kesehatan khususnya. Ini manfaat lain dari menulis di buku jurnal:
Waktu kuliah saya pernah membuat jurnal syukur dan menuliskan keluh kesah, lalu disampingnya menuliskan hal yang harus dirubah atau solusinya. Ini cerita nyata, rasanya pikiran lebih terbuka dan aura negatif memudar.
Jika kamu ingin menulis di jurnal, pilihlah jenis buku jurnal yang oke. Sebaiknya, pilihlah buku jurnal yang seperti dianjurkan ini:
Awal tahun ini, saya mengenal produk buku jurnal yang menurut saya jarang ditemukan di era mass produce ini. Produk jurnal ini handmade cocok dengan definisi buku diary aesthetic yang menarik perhatian saya. Kalau melihat produk Hibrkraft, saya jadi terbayang traveler atau turis backpacker yang menjelajah ke tempat baru membawa buku jurnal kulit mereka, mencatat setiap memori berharga di perjalanan (hmmm, imajinatif banget ya).
Kenapa juga suka produk handmade? Bagi yang pernah belajar sedikit tentang dunia seni, handmade itu tidak mudah dibuatnya. Plus, tidak semua orang, eh, tangan bisa buat ya. Jadi one of a kind dalam setiap craftmanship. Jadi dimasa semua diproduksi massal dan era copy-paste itu biasa, tentu produk handmade jadi terasa spesial.
Sejak 2013, Hibrkraft, UMKM yang memproduksi jurnal atau agenda kulit, juga paket branding dan merchandise, membagi 2 jenis produknya: personal dan institusi. Alasannya karena keduanya bisa berjalan secara simultan.
Hibrkraft yang bermarkas di Bogor ini bahkan tak hanya mengirim produknya ke seluruh Indonesia, tapi juga ke Jerman, Belanda, Kanada, Australia, dan Uni Emirat Arab. Produk-produknya dibuat handmade dan secara seksama, melakukan improvement secara berkala, dan kerennya lagi juga bermanfaat tak cuma untuk pelanggan tapi juga masyarakat sekitar.
Maklum, awalnya Hibrkraft memproduksi produk handcrafting yang bervariasi, bahannya dari mendaur ulang kertas dan majalah bekas. Yang awalnya dijual dari kenalan dan lingkup pergaulan owner-nya, lalu meluas ke kampus dan sekolah-sekolah. Yang tadinya bernama Hibrcraft menjadi Hibrkraft.
Kini puluhan ribu produk Hibrkraft telah diproduksi demi mengembalikan kecintaan ke journaling. Walau mengalami pasang surut, tapi Hibrkraft terus menjalankan misi agar kita kembali cinta tulis-menulis. So sweet, ya?
Produk Hibrkraft sudah lebih bervariasi untuk one branding service: konsultasi branding, pembuatan merchandise dan suvenir (pouch, totebag, buku catatan, pulpen, box exclusive, dan lainnya). Uniknya, ada juga servis reparasi dan repurpose buku. Rasanya saya baru dengar ada servis repurpose buku, suka deh.
Diantara semua produk jurnal Hibrkraft, salah satu yang saya suka itu produk Travel Journal Trevi. Alasannya, karena dasarnya saya ini orangnya suka yang klasik dan simpel. Model jurnal bercover kulit dengan strap terasa praktis, timeless dan sederhana. Dan yang saya suka sekali, dia refillable alias bisa diisi lagi. Waah, bisa dipakai terus sampai diturunkan ke anakku kayaknya bisa nih. Bagai buku diary kunci tapi lebih basic.
Masih banyak kok jenis produk jurnal Hibrkraft lain yang mungkin lebih sesuai karaktermu. Segala info yang mungkin dibutuhkan ada di website Hibrkraft.
Walaupun menulis tangan terkesan jadul dan ‘ditinggalkan’ di masa digital ini, melakukan handwriting memiliki keuntungan tersendiri seperti lebih mudah memahami sesuatu. Lalu, menulis jurnal adalah suatu bentuk usaha melepas stress dan baik untuk kesehatan mental.
Kita bisa memilih buku jurnal yang pas untuk kepribadian kita, seperti Hibrkraft, UMKM yang visinya mengembalikan kecintaan pada tulis-menulis. Mau coba efek positif journaling? Yuk dicoba.
Referensi:
https://literasinusantara.com/kelebihan-menulis-tangan-dibanding-mengetik/
https://hellosehat.com/mental/stres/manfaat-menulis-jurnal-mental/
Buku-Buku yang Dibaca Tahun 2024 - Saat tulisan ini naik, 2024 sudah menuju akhir. Setelah…
Foto Hitam Putih dan Keseruannya - Untuk tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog terakhir tahun 2024…
Menggunakan Mind Mapping untuk Mencari Ide - Beberapa bulan ini saya dan si kecil menerapkan…
Tips Menentukan Nama Blog - Apakah kamu mau bikin blog tapi bingung mau menamakannya apa?…
Kumpul-Kumpul Ibu-Ibu Blogger MGN di Depok - Sejak menulis best times kumpul-kumpul sebagai blogger, sebenarnya…
Review Film Budi Pekerti (2023) - Ada sebuah fase di hidup saya saat pindah haluan…
This website uses cookies.
View Comments
Wah, jadi keinget kalo aku nih jaraaaanggg banget nulis tangan.
apa2 selalu pake gadget
baiklah, sekarang mau berusaha rajin nulis tangan!
aku suka nulis, dari SD nulisnya di surat untuk sahabat pena, waktu SMP iseng nulis di buku diary soal cerita cinta monyet-monyetan, ehh dibaca bapak, maluuu, terus absen nulis di diary akhirnya
sekarang nulisnya via online.
suka sama model model notes yang vintage seperti itu mbak, terlihat unik
Eh beneeer loh mba, menulis itu mempermudah untuk mengingat sesuatu. Dulu aku sering mencatat secara cepet apa yg diajarin guru, pas belajar itu JD LBH gampang utk diinget.
Dr zaman sekolah Ampe skr, aku msh menulis di jurnal mba :). Malah ada 3.
Jurnal 1 aku pake utk nulis agenda sehari2. JD biasanya setahun sekali pasti aku ganti
Jurnal 2 utk mencatat pengalaman traveling ATO kuliner. Aku catat poin2 pentingnya aja. Dan ntr aku pindahin ke blog
Jurnal 3, itu aku tinggal di rumah biasanya, Krn isinya pasword2 perbankan, PIN ATM semuanya :D, pasword email dan pembaharuan pasword dan pin aku tulis di situ. Maklum mba, aku pelupa. Aku takut kalo tulis dibgadget, ntr dihack :p. JD nulisnya di jurnal. Makanya buatku jurnal itu penting banget.
Baguus nih jurnal hibrkraft. Aku udh sempet teratrik, tp waktu itu aku udh telanjur beli jurnal untuk THN ini. Ntr THN depan mau coba jurnal dr mereka :)
Aku termasuk yang masih suka nyimpan catatan di buku mba, baik itu tentang curhatan, target dan impian maupun sekedar healing. Hibrkraft ini covernya kece banget ya mbak, dari kulit sehingga terkesan unik
Saya pun suka menulis dan mempertahankannya meski tulisan tangan saya seperti bekas cakaran ayam
Saya sampai sekarang masih nulis diary Mbak, hehe. Selain menyimpan memori, nulis diary juga healing buat saya. Ada yang enggak bisa digantikan dengan digital sih menurut saya, perasaan puas waktu menggerakan pulpen di atas kertas. :)
Aku sedang belajar untuk rajin menulis tangan lagi nih mbak. Berhubung kalau nulis panjang jadi malah capek sendiri, aku lagi latihan nulis yang pendek-pendek semacam kata=kata motivasi gitu. Pakai jurnal dari Hiberkraft juga lo :) Tapi aku pilih yang tenun, soalnya udah punya jurnal berbahan kulit dari merk lain.
Nulis tangan memang bikin healing. Aku nggak rutin nulis sih tapi aku punya jornal yang akan kubuka dan kuisi ketika pikiran di kepala sedang bertumpuk. Saat menuliskannya, eh aku heran sendiri. Ternyata jumlahnya tidak sebanyak itu, aku bahkan kadang bingung harus menuliskan apalagi padahal sebelumnya merasa otak isinya penuh banget.
Aku juga dulu punya diary Teh. berbuku-buku, hihihi.. pernah ketemu di gramedia yang berseri lagi jadi di sampul sampingnya ada tulisan 1, 2, 3. Ngomong-ngomong baru-baru ini baca biografinya Ratu Victoria dan jadi tahu kalau dia nulis diary setiap hari selama 69 tahun, seharinya kira-kira 2000 kata! dan pakai tulisan tangan. Belakangan karena liat anak-anakku belajar menulis di SD dan harus huruf sambung, plus terinspirasi Queen Victoria aku jadi suka nulis pakai huruf sambung lagi :)
Samaan teh, Aku juga dulu punya diary, berbuku-buku, hihihi.. pernah ketemu di gramedia yang berseri lagi jadi di sampul sampingnya ada tulisan 1, 2, 3. Ngomong-ngomong baru-baru ini baca biografinya Ratu Victoria dan jadi tahu kalau dia nulis diary setiap hari selama 69 tahun, seharinya kira-kira 2000 kata! dan pakai tulisan tangan. Belakangan karena liat anak-anakku belajar menulis di SD dan harus huruf sambung, plus terinspirasi Queen Victoria aku jadi suka nulis pakai huruf sambung lagi :)