4 Kesalahan Umum Dalam Desain Canva Online, Nomor 1 Terbanyak

kesalahan desain canva aesthetic.jpg

4 Kesalahan Umum Dalam Desain Canva Online, Nomor 1 Terbanyak – Kamu suka pakai Canva? Dalam mendesain menggunakan Canva memang mudah. Berbagai template, font, foto dan elemen grafis telah disediakan, baik yang free maupun pro. Tinggal kepiawaian kita sebagai user untuk memadu-madankan semua komponen ini.

Saya sendiri cukup suka pakai, karena ringkas dan mudah untuk membuat konten. Selama ini saya sering pakai untuk kebutuhan konten blog dan instagram, pernah juga untuk Youtube dan membuat e-book. Canva memang the best untuk aplikasi membuat konten. Saya yakin juga banyak orang yang tidak paham desain menjadi begitu terbantu dengan aplikasi ini.

Namun walau begitu bukan berarti dengan segala kemudahan dari aplikasi drag-and-drop asal Australia ini desain menjadi luput dari kesalahan. Malah saya sering melihat berbagai desain menggunakan Canva yang tidak tepat atau kurang sasaran. Penasaran?

Ini dia 5 kesalahan umum yang sering saya lihat dalam desain Canva:

4 Kesalahan Umum Dalam Desain Canva Online

Penggunaan Canva dari desktop maupun mobile sekarang bisa dipakai pengguna dari kalangan umum maupun profesional. Pengguna dimanjakan dengan berbagai fitur, bahkan sampai ada opsi animate, video dan musik. Di Canva juga tersedia berbagai format ukuran desain dan template yang bisa dengan bebas kita pilih.

Sebagai seseorang yang sehari-hari sering melihat social media dan berada di tengah-tengah influencer dan marketer, juga pemilik bisnis, saya sering juga melihat mereka memakai Canva dalam konten mereka. Sayangnya, beberapa dari mereka sering melakukan kesalahan-kesalahan ini:

1. Terlihat Pakai Elemen Pro Tanpa Bayar

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan memakai elemen pro tanpa bayar jika kamu pengguna Canva Free. Tapi yang jadi masalah adalah ‘terlihat’ pakai elemen berbayar tapi tidak dibayar. Elemen berbayar Canva biasanya diberi tanda garis-garis diagonal samar beserta logo Canva di tengahnya.

Biasanya kalau di save as, Canva akan bertanya apa mau dibayar elemen itu atau disimpan sebagai preview. Jika tidak memilih berbayar atau pilih preview, maka image yang terlihat adalah elemen yang ditutupi garis-garis diagonal ini.

Contoh memakai elemen Canva berbayar tampilan preview (elemen kuning bulat)

Sepintas mungkin sepele, dan orang yang tidak tahu Canva tidak akan memperhatikan. Sekilas terlihat seperti motif diagonal biasa. Tapi bagi yang tahu, desainnya akan terlihat gak oke. Lebih buruk lagi, tidak terlihat profesional atau terlihat anda senang gratisan. Yah, nggak masalah kalau user nggak peduli sih. Akan masalah jika user peduli dengan persepsi publik.

Karena kalau memilih desain preview, jadi terlihat kalau kita memajang desain memakai elemen berbayar tapi nggak kita bayar. Terlihat juga kita memajang desain yang dianggap Canva sebagai preview alias tidak final.

Tidak ada yang salah jika kita memilih Canva Free, tapi tak perlu juga kita memperlihatkannya. Sebaiknya pilih elemen free saja agar elemen ‘bebas’ dari garis-garis diagonal ini. Atau, setidaknya pilih elemen berbayar yang tipis-tipis sehingga garis diagonal tidak terlihat. Gampangnya, cukup bayar elemen ini untuk bisa dipakai bebas.

2. Font Terlalu Kecil

Kesalahan kedua yang saya sering lihat adalah pemakaian ukuran teks atau font yang kekecilan. Mungkin kita punya banyak cerita atau informasi yang ingin disampaikan, tapi sebaiknya posisikan diri kita sebagai pembaca. Perhatikan kenyamanan seseorang saat membaca desain kita. Apalagi jika yang membaca seseorang yang berumur senior, akan lebih susah membaca.

Desain boleh cantik, tapi semuanya akan sia-sia jika tidak berfungsi. Itu terjadi jika pembaca gagal menangkap maksud desain dan informasi kita. Contohnya, jika kita mendesain untuk instagram Carousell, maka sebaiknya gunakan font besar agar seseorang yang melihat dari ponsel bisa membacanya.

Saat kuliah, saya pernah bangga dengan desain yang saya buat karena menurut saya sudah sempurna. Ternyata desain saya itu dapat nilai jelek, karena ukuran font yang saya pakai terlalu kecil sehingga tidak terbaca.

Jika banyak informasi yang ingin disampaikan, pakailah format lain yang lebih pas untuk uraian panjang. Jika desain Canva mu untuk pasang status, manfaatkan jabaran teks di status atau caption. Desain hanya berisi poin-poin penting saja. Poin ini mungkin tak masalah jika kamu mendesain untuk body text di e-book.

3. Tidak Pakai Watermark/Tanda Kepemilikan

Watermark adalah ‘cap’ digital atau tanda bahwa sebuah karya dibuat oleh seseorang. Pemakaian watermark jadi kewajiban di era digital kini karena maraknya pencurian atau pembajakan karya.

instagram reels vpn.jpg
Contoh banner blog tentang Instagram Carousell dibuat dengan Canva, ada watermark halaman blog di bagian bawah Desain

Pemakaian watermark sebenarnya terserah dari yang buat. Memang belum tentu desain kita dicomot orang, tapi persentase image diambil dari internet masa kini cukup besar. Jika dia tidak masalah kalau karyanya diembat orang, ya sudah. Tapi kalau yang buat adalah seseorang yang punya profesi atau membuat untuk kebutuhan profesional, ada baiknya kalau desain Canvanya dibubuhi watermark.

Selain dari menghindari pencurian desain juga agar desain lebih terlihat profesional. Pembubuhan watermark juga sering dipakai sebagai konten di Instagram, contohnya seperti konten feed tentang font Canva ini.

4. Tidak Punya Desain Identitas

Poin kesalahan ini untuk user yang ingin branding dirinya untuk image tertentu. Biasanya untuk bisnis atau pencitraan ke publik. Tentu menyenangkan mendesain dengan Canva. Mudah, ringkas, hampir semua elemen bisa di-custom. Kamu bisa pakai berbagai template canva gratis. Sayangnya, membuat desain berbeda-beda setiap kali bisa jadi bumerang untuk pencitraan.

desain canva keren kesalahannya.jpg
Contoh desain template instagram yang saya buat dengan visual identity kehijauan – Mamah Gajah Ngeblog

Sangat penting untuk memiliki ciri dalam visual jika ingin branding, karena visual adalah hal pertama yang dilihat orang, walaupun anda sangat jago copywriting atau public speaking. Jangan remehkan identitas visual. Dengan identitas visual, publik bisa dengan mudah mengasosiasikan anda dengan paduan warna atau desain tertentu.

Contohnya, jika anda mengingat brand McDonalds, apakah yang anda pikirkan? Selain produk fast food-nya, pasti warna merah dan kuning terlintas di kepala. Begitu juga dengan Aplikasi Whatsapp, pasti langsung berpikir warna hijau muda dengan ikon chat-nya.

Mungkin hari ini dan hari lain punya cerita atau misi berbeda, tapi sebaiknya carilah visual branding anda sendiri sehingga publik mengenali ciri anda.

Penutup

Siapa yang tidak suka pakai Canva? Hampir semua pembuat konten suka. Kamu bisa membuat desain canva aesthetic yang paling bagus. Tapi ada pantangannya lho, seperti yang sudah saya tuliskan di atas. Meskipun begitu, jangan lupa untuk merasa senang mendesain. Karena guidelines di atas hanya sebagai panduan. Sisanya, up to you.

Ingin lebih banyak baca soal desain Canva? Stay tune. Share juga opini-mu ya. Apa kamu pernah kebablasan dan melakukan salah satu dari kesalahan-kesalahan ini?

sunglow mama signature

17 thoughts on “4 Kesalahan Umum Dalam Desain Canva Online, Nomor 1 Terbanyak”

  1. Jadi inget, aku pernah design untuk tulisanku sendiri.
    Karena biasanya pakai identitas, kali itu aku lupa.
    …dan aku menemukan design aku di blog orang lain.
    hahaha…berasa kaya gimana yaa… pengen ketawa. Soalnya aku design buat blog kan sesuai sama judul blogpost aku yaa..

    **antara pen ketawa siih… kan di promosiin, walo judulnya doank..

  2. aku salah satu yang ga akan baca kalau tulisannya kekecilan, tapi pas mendesain, kadang jadi pelaku yang menggunakan font kecil, hehehe. sungguh tak konsisten aku tuh.

      1. Nah kayaknya saya kadang masih suka nulis fontnya kekecilan. Kadang kebesaran. Suka bingung menyesuaikan ukuran font sama gambar.

  3. Iya niy saya salah satu fans berat CANVA, karena setiap hari saya membutuhkannya untuk membuat content review.

    Yang jenis kesalahan no 1, yang ‘memperlihatkan’ memakai elemen pro tak berbayar, owalaaah. Ada ya orang yang seperti itu ternyata ehehe. Karena, jadinya kan endak bagus begitu, ada tulisan samar-samar ‘canva’ dan ada garis-garis begitu. Saya baru tau kalau ada orang yang tetap ‘menabrak’ pakai itu ehehe.

    Font yang terlalu kecil, nah ini sepertinya saya pernah melakukannya. Karena ketika sedang proses bikin seringkali ga nyadar, jadi sejak saat itu selalu saya ‘save’ dulu dan lihat hasil akhirnya untuk bisa ngeh apakah font size nya cukup enak dibaca atau tidak.

    Per hari ini saya masiy sangat puas dengan yang gratisan saja. Alhamdulillah, diturunkan ilmu perCANVAan di dunia ini agar orang2 seperti saya yang tidak bisa menggambar tetap bisa berkreasi. 🙂

  4. Ga sering sih pakai canva, tapi sesekali aku pake buat review novel2 ku. Cuma aku pasti ya cari yg gratis, dan ga bakal mau terlihat pake yg berbayar tapi nanggung :D. Kalo skr memang blm melihat urgensi nya beli yg premium. Makanya aku masih pakai gratis dulu. Toh ga sering make..

    Tapi kalo nanti kebutuhanku buat pakai canva udah makin banyak, pasti aku beli yg premium aja, biar lebih bisa berkreasi maksimal 🙂

  5. Wah aku suka lupa sama nomor 3 dan 4. Nomor 3 aku ngerasanya yang aku bikin biasanya nggak penting penting amat jadi nggak perlu watermark. Padahal penting juga yaa. Nomor 4 suka males pake template. Mungkin karena nggak jago desain jadi pake template pun suka nunak nunuk lama akhirnya nggak jadi posting #Laah

  6. kadang aku masih melihat beberapa temen yang bikin desain dan ada tulisan watermark canva. bener yang dijabarkan di atas tadi, kalau yang melihat nggak begitu perhatian sama tulisan canva-nya, mungkin masih oke oke aja dilihatnya.
    tapi buat yang sudah tau berbayar atau free, desainnya jadi terkesan nggak prof aja

  7. aku juga sering pake canva mbak, tapi masih yang sederhana dan masih yang gratisan 😀
    canva itu mudah pakenya, elementnya juga banyak yang bagus, bikin desain jadi menarik

  8. Saya suka pakai Canva juga Andina, memang kebantu banget karena buta design. Tentang font itu bener banget ya, kan saya suka bikin buat seneng-seneng aja seperti kirim invitation dll, trus suami (dia memang orang design) comment ga bagus karena font-nya kekecilan. Dulu saya suka ngeyel tapi sekarang makin paham haha, emang ga bagus kalau kekecilan

    Thank you for sharing ya Andina.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Scroll to Top