Landmark Jakarta dan Tempat Ikoniknya Dalam Lensa Kamera Plastik – Ketika Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan April topiknya adalah landmark yang sudah atau ingin dikunjungi, sejujurnya saya agak bingung mau menulis apa. Karena saya itu sebenarnya nggak pernah terbang jauh-jauh sampai ke ujung dunia, hihihi.
Tapi kemudian saya memiliki ide untuk menulis dari sisi fotografi yaitu dari jepretan foto-foto saya dengan menggunakan kamera plastik atau ada juga yang menyebut kamera mainan. Kamera plastik ini adalah jenis kamera analog. Kamera analog plastik yang sering saya gunakan adalah bermerek lomography tapi saya juga memakai dan mencoba merek kamera analog lainnya.
Nah ternyata saya punya beberapa koleksi foto bangunan dan landmark Jakarta. Selengkapnya saya cerita sedikit mengenai background foto-foto ini dan kenapa memilih kamera plastik.
Umur 20an, Masa Menjelajah Jakarta dan Jepret-Jepret Dengan Kamera Plastik
Kalau membahas kota Jakarta saya jadi suka teringat masa saya masih bekerja kantoran di usia 20 hingga awal 30-an, ketika masih bergulat di balik layar. Ini tentu sebelum ikutan kelas foto online dan setelah ikut kuliah fotografi (tapi belum ngerti apa serunya fotografi).
Kebetulan Ketika saya mulai ngantor saya memiliki teman yang suka mengajak saya untuk menjelajahi Jakarta. Apakah itu untuk hunting foto atau sekedar jalan-jalan belanja dan sebagainya. Hasilnya saya jadi keikutan komunitas foto kamera plastik ini dan ikutan juga beberapa kali hunting foto. Hunting fotonya suka ke tempat-tempat ikonik Jakarta dan beberapa juga landmark dari kota Jakarta.
Kalau boleh jujur sih sebenarnya saya juga nggak sering banget juga menjepret dengan kamera plastik ini. Seringnya sih sayang membawa kamera ini di tas saya tapi belum tentu juga saya pakai untuk jepret ini-itu. Kadang kala saya pakai juga untuk menjepret kegiatan atau event yang saya kebetulan datangi.
Ya bisa dibilang si kamera plastik bagai company saya untuk menjelajahi Ibukota.

Banyak sih yang suka heran gitu kenapa saya mencoba foto dengan kamera plastik padahal ini kan zaman digital. Jadi menjepret dengan kamera plastik sudah tentu enggak sepraktis kamera digital. Harus pakai film analog dan harus cuci cetak dan scan lagi. Scan dan cucinya juga nggak sembarang apa tempat cuci cetak foto yang bisa gitu. Yang saya tahu cuma di daerah Jakarta Selatan saja untuk bisa melakukan segala servis ini. Jadi ini tuh sebenarnya hobi yang agak mahal ya, meskipun kamera plastik sudah pasti lebih murah dibandingkan kamera digital atau DSLR.
Tapi ya namanya juga mau jadi anak kekinian ya zaman itu. Karena waktu itu tuh lagi happening memakai kamera plastik yang fashionable dan warnanya lucu-lucu. Akhirnya terbeli juga deh kameranya. Saya pernah cerita juga kok Bagaimana sayangnya saya dengan salah satu kamera yang pertama saya beli tapi akhirnya kamera itu rusak.
Tapi itulah ya walaupun repot saya jadi menghargai proses agar foto itu bisa jadi. Saya juga jadi menghargai sekali proses analog foto.
Bundaran HI, Landmark Jakarta ‘Tersohib’
Nah karena tantangan MGN ini membahas tentang landmark, saya pun mulai mengubah-ngubek koleksi foto lomo saya. Dan saya menemukan bahwa foto landmark Jakarta yang saya punya salah satunya yaitu Bundaran Hotel Indonesia (HI) atau sering disebut Bundaran HI.
Boleh dibilang bundaran HI ini adalah landmark yang paling sering saya lewati dan mungkin paling sering saya lihat juga. Nggak cuma difoto tapi saya beberapa kali lewat juga dengan memakai Busway atau juga bahkan cuma sekedar berdiri menunggu taksi. Atau melihatnya dari jendela bangunan yang ada di sekitarnya.
Satu cerita berkesan dengan latar ikonik Jakarta yang suka jadi lokasi demo Nusantara ini adalah di suatu malam, di depan saya jalanan Bundaran HI dipenuhi taksi. Tapi tak satupun mau distop oleh saya. Ternyata malam itu jalanan Jakarta begitu rawan macet sehingga taksi malas mengangkut penumpang. Mau minta dijemput pun saya gengsi. Sementara saya udah hampir mau nangis ketika akhirnya ada satu taksi yang mau berhenti. Lega. Akhirnya saya jadi selalu ingat brand taksi itu.
Nah di bawah ini saya memotret bundaran HI memakai kamera lomolitos. Waktu itu ada acara senam yang sebenarnya dihadiri Ibu saya dan ibu saya mengajak saya untuk menemaninya. Awalnya saya males banget ikutan acara itu, tapi saya merasa harus menemani Ibu saya. Daripada saya garing ikutan acara senam ibu-ibu akhirnya saya jepret-jepret aja pakai kamera plastik itu.

Dan inilah hasilnya. Saya rasa cukup kelihatan meriahnya acara waktu itu acara car free day di sekitar bundaran HI. Ya sebenarnya angle-nya so-so ya. Tapi priceless karena tidak ada duanya, cuma ada di satu roll film (yang saya lupa ditaruh dimana).
Di dalam bundaran HI, terdapat Monumen Selamat Datang yang dibuat untuk ASEAN Games IV. Ide pembuatannya oleh Presiden Soekarno dengan rancangan oleh Henk Ngatung. Baca lebih lanjut mengenai monumen Selamat Datang di halaman Wikipedia ini.
Landmark dan Tempat Ikonik Jakarta Lainnya

Karena kadung sudah ngubek-ngubek koleksi foto lama, saya menemukan juga bangunan-bangunan ikonik Jakarta yang berhasil terdokumentasikan melalui kamera plastik yang saya pakai. Film yang dipakai juga berbeda-beda sehingga maklum kalau ada perbedaan warna dan karakter. Ini yang saya suka dari jepret dengan kamera lomo, hasil foto unik atau otentik. Tak perlu sampai seperti tulisan edit-edit foto traveling karena sudah ‘diramu’ dalam kamera dan rol film.
Diantaranya bangunan-bangunan ikonik Jakarta ini ada Istana Anak-Anak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Monumen Nasional (Monas), Kota Tua dan Taman Suropati. Sayangnya ngga semua foto yang pernah saya jepret bisa ditemukan atau telah tercecer, karena masalah komputer crash sehingga hilang data. Ini hasil yang Alhamdulillah masih tersimpan di komputer.
Penutup

Begitulah sedikit ‘icip-icip’ melihat Jakarta melalui landmark dan tempat-tempat ikoniknya dari lensa kamera plastik. Sebagai kelahiran Jakarta tapi asal Indonesia Timur yang sudah pindah ke daerah pinggiran, Jakarta akan selalu punya tempat di hati. Apa kamu punya pengalaman di landmark Jakarta dan tempat-tempat ikoniknya?

Wah Andina, hasil fotografi-nya apik dan out of the box. Sepertinya memamg beda ya cara Andina yang orang seni mencari angle. Ehehe. Keren pisan, Mamah Andina. Btw sekarang ga hunting foto lagi dengan kamera plastiknya, Andina?
Ngomongin landmark Jakarta, saya juga suka dengan yang ‘tersohib’, Bunderan HI ehehe. 🙂
Ternyata fotografi unik sekali…tergantung yg pegang kamera itu siapa.. jeprat jeprit udh kelihatan aslinya yg motret..org seni atau bukan..Andina..maju terus walaupun sekarang aktivitasnya mayoritas di rumah…
Wah teh Andina suka street photography yaah? Yuk tehhh kapan2 kita jeprat jepret landmark2 lain lagi, tp sulit yaaah skr krn kita diintilin krucil hihi.. kadang udh suka mager duluan bawa kamera lomo/dslr krn dah rempong duluan ama bawaan bocah.. kamera hp jalan ninja nya
Terima kasih ya teh andina dah ikutan tantangan Landmark bulan inii.. ❤️
Wah jagoan teh Andina jeprat jepret pakai kamera manual. Terus ambil angel fotonya juga menarik. Bundaran HI aku rutin lewat dan bener banget sering hampir nggak bisa pulang saking padatnya disitu
Toss lah tersohibnya Bundaran HI, karena paling sering dilewati lari pas CFD hehe. Nice photos Teh
Kamera plastik itu lomo kah teh?
Btw aku pernah bersahabat dengan bunderan HI (beserta polisi-polisinya) selama 10 hari hahah… Mantengin sampling dr jam 5 pagi sampai jam 10 malem.
Emang paling cakep kalau sore2 lampu-lampu mulai nyala.
Ya ampuuuun aku kangen warna2 dari kamera analog .
Tadi aku sempet bingung kamera plastik apaan, ternyata analog ya mba. Aku udah lama banget ga megang analog. Trakhir zaman SMU kayaknya. Untuk motret acara perpisahan sekolah. Inget banget foto2 yg diambil kebanyakan foto temen2 juga Ama foto komplek rumah pas di Aceh dulu.
Sayang udah hilang semuanya. Sbnernya pengen beli lagi, apalagi kata temenku yg masih suka foto analog, di Jakarta ada Bbrp tempat cuci cetak langganan dia. Cuma aku masih ragu mba. Soalnya suka bosenan .