Categories: Blogging

Menyikapi Oversharing Menulis Di Blog

Menyikapi Oversharing Menulis Di Blog – Ketika punya blog biasanya kita ini termasuk orang yang senang berbagi dan berekspresi dalam blog kita masing-masing. Saya sendiri suka blogging karena dengan ngeblog kita bisa menjadi diri sendiri dan menulis dengan gaya kita sendiri. Tidak seformal karya ilmiah dan tidak juga terlalu santai seperti sedang ngobrol sama sohib.

Tak jarang juga saya menemukan atau melihat tips di artikel online bahwa cara untuk blog jadi blog yang sukses dan dibaca banyak orang itu adalah dengan menulis dengan sering. Contoh biasanya adalah dengan menulis setiap hari. Atau mungkin secara berkala per periodik seperti setiap dua hari atau setiap Senin-Selasa-Rabu misalnya. 

Dulu ketika saya mengikuti blog challenge yang menuntut menulis untuk beberapa hari berturut-turut membuat saya cenderung menjadi lebih ‘mengalir’ dalam menulis. Mengalir di sini maksudnya kita jadi seperti mengobrol atau bercerita dan jatuhnya jadi ujung-ujungnya curhat. 

Yaa karena menulis setiap hari bisa menguras pikiran dan suka bingung mau nulis apa. Ujung-ujungnya jadi cerita apa saja deh. Bisa-bisa jadi oversharing.

Apa sih itu Oversharing? Oversharing adalah sebuah aktivitas ketika kita terlalu banyak membagikan informasi sehingga mengekspos detil-detil yang sebenarnya tidak perlu diketahui orang lain. Apa yang salah dari oversharing di blog? Baca lebih lanjut ya…

Table of Contents

Kekurangan Terlalu Banyak Berbagi di Blog

Biasanya dengan curhat kita menjadi plong atau lega, jika ‘disalurkan’ ke ruang yang terpercaya. Tapi curhat di blog bisa menjadi bumerang buat blogger yang menulisnya. Karena curhatnya belum tentu membuat kita terlihat baik di depan pembaca maupun orang atau siapapun yang terkait dalam curhatan kita.

Dari analisa saya, ada 2 kekurangan dari oversharing atau curhat kebanyakan ketika menulis di blog pribadi:

Oversharing Bisa Mengekspos Hal Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan

Oversharing atau berbagi berlebihan, bisa juga dibilang curhatan di blog memang bisa membuat kita terlihat berbeda dengan terlihat rapuh dan dapat dengan mudah menarik simpati pembaca. Bukan berarti kita selalu menulis semata-mata demi meraih perhatian atau simpati orang-orang ya. Namun biasanya ini terjadi tanpa sadar karena blogger suka membagikan cerita dari versinya sendiri. Dan seringnya caranya itu adalah dengan curhat. 

Mungkin niatnya bercerita. Tapi waspada juga ya, jangan-jangan curhatan kita tidak membuat kita atau orang lain terlihat baik…

Berbagi di Blog Bisa Jadi Ajang Membanggakan Diri

Satu hal lain yang juga tidak baik ketika kita senang berekspresi kepada orang lain itu adalah kita cenderung membanggakan diri. Kita senang memperlihatkan atau menunjukkan hal-hal bagus atau hebat yang terjadi pada diri kita. Dengan membagikan hal ini biasanya kita jadi bisa meninggikan ego kita dan bisa mendorong sisi arogan atau sombong jadi merasa tinggi atau lebih dari orang lain. Akibatnya ya tahu sendiri lah kalau orang terlalu merasa tinggi. Kalau ‘jatuh’ ya pasti sakit sekali. 

Lha emang salah bangga dengan diri sendiri? Ya ngga juga sih. Mengakui keunggulan diri bukan tanpa kelebihan, karena bisa mendorong kepercayaan diri. Apalagi misalnya menang blog dengan susah payah. It’s fine aja seperti misalnya blog sudah memiliki pembaca setia, tentu readers senang mendengar blog favoritnya menang lomba. Saya pernah menulis catatan pencapaian ngeblog ini dulu karena saya sedang merasa down. Lumayan sebagai mood booster.

Atau ada hal yang bisa dipelajari dalam tulisan itu. Misalnya cara dapat beasiswa kuliah di luar negeri. Atau cara dapat tiket travel murah? Macam-macam ya. Intinya bisa memberikan benefit juga buat yang baca, bukan sekedar pamer… 

Nah lantas bagaimana ya cara menyikapi atau menyiasati menulis yang dapat dikategorikan aman dari bacaan yang terlalu transparan atau terlalu banyak sharing? Sehingga ditakutkan bisa mengumbar aib atau menyombongkan diri?

Membahas lagi mengenai tips harus sering-sering ngeblog, Saya sendiri tidak ingin karena adanya tips ini malah menjadi membuat saya membuka atau memperlihatkan sesuatu yang sebenarnya saya tidak mau. 

Salah satu alasan yang buat saya nggak mau adalah karena disebutkan dalam ayat Al Qur’an:

Ayat Qur’an Mengenai Pamer Atau Riya

Sebagai reminder atau pengingat saja bahwa Allah SAW pernah berfirman dalam surat An-Nur ayat 19 yaitu isinya berarti:

Surat An-Nur Ayat 19

Ada juga ayat dalam surat Al-Baqarah yaitu di ayat 264 yang isinya adalah :

Al-Baqarah yaitu di ayat 264

Jelas ya, dalam kitab suci Al Qur’an dan tentunya di agama Islam menganjurkan kita menghindari sikap riya. Adapula hadist mengenai membuka aib orang lain yang bisa kita baca disini. Alasan merenungi dan mengikuti Ayat dan hadist ini tentu untuk kebaikan kita sendiri.

Bagaimana cara menghindari dua hal ini dan apa bisa kita blogging dengan aman tanpa terlalu mengumbar? Nah ini ada tips dari saya.

Tips Agar Tidak Oversharing di Blog

Sadari Menulis di Internet Memungkinkan Siapapun Bisa Baca Tulisanmu

Dalam menulis blog, biasanya kita berpikir yang membaca adalah teman-teman atau orang yang kita percayakan. Kitapun bisa saja memilih-milih kemana link tulisan ini dibagikan. Bisa saja kita set privat (tapi cara ini sedikit kontradiktif dengan tujuan blogging IMO, karena kalau mau privat sebaiknya di dokumen privat saja dan bukan online). 

Adakah yang dengan sengaja berbagi ke grup chat keluarga? Yang saya tahu jarang yang seperti ini. Kecuali sih kita buat tulisan yang bisa berguna ke anggota keluarga lain, misalnya rekomendasi tempat wisata atau panduan memilih perabot misalnya. 

Maka itu, sebaiknya kita berhati-hati menuliskan tulisan kita ini. Seandainya seseorang membacanya yang tidak kamu sangka, bagaimana kamu akan menanggapinya? 

Menulis Dengan Hati Yang Damai dan Tenang

Waktu awal blogging, biasanya saya memiliki lebih banyak waktu luang dan terkadang saya memaksakan diri menulis dengan mood yang sebenarnya ngga begitu enak. Ujung-ujungnya, ketika sudah di-posting hati pun ngga tenang. Membacanya lagi pun saya bisa merasakan mood saya ketika menulisnya. Separah-parahnya, saya menyesal telah menulis itu dan sudah agak telat untuk ‘menarik’-nya karena sudah dibaca orang.

Akhirnya saya membuat rule sendiri untuk selalu menulis ketika hati lagi tenang. Karena kalau mood ngga enak dan ga tenang, menulis jadi ngga lancar dan mungkin bisa ngalir kemana-mana arahnya. Dan biasanya malah ngga jadi saya posting dan cuma jadi draf. Sayang kan waktu dan tenaga yang sudah dipakai?

Menghargai Pihak Yang Bersangkutan

Blogger sebenarnya juga termasuk influencer. Sehingga kita bisa influence atau mempengaruhi orang yang membaca tulisan blog kita. Maka sudah seharusnya kita hargai semua pihak yang kita sebutkan dalam tulisan. Caranya bagaimana?

Menyamarkan Nama, Waktu dan Lokasi Kejadian

Kita tak perlu secara terperinci menyebutkan nama, waktu dan lokasi kejadian. Kecuali memang ada tujuan tertentu, seperti untuk kepentingan sponsor atau semacamnya.

Intinya membagikan cerita sehingga tak perlu mengekspos sesuatu yang tak perlu. Dengan begini tujuan berbagi cerita tersampaikan dan privasi insya Allah masih terjaga.

Izin Ke Pihak Bersangkutan

Jika kamu ingin menyebutkan secara terperinci pihak yang bersangkutan, cara amannya adalah izin sama pihak tersebut. Akan lebih tidak nyaman jika pihak itu membacanya sendiri tanpa ada pemberitahuan sebelumnya dan dia bisa saja menegurmu dengan emosi (ya jangan sampai). 

Tentu kalau kondisinya terbalik, kamu akan lebih respek ke orang yang meminta izin menulis tentangmu dibandingkan tidak. Siapa tahu hubungan kalian malah semakin baik setelahnya.

Kita bisa saja minta izin sebelum menulis atau sesudahnya (memperlihatkan draf tulisan). Sebaiknya sih jangan diposting dulu biar mencegah yang tidak-tidak. 

tips agar tidak oversharing di blog

Sadar Apapun Yang Ditulis Bisa ‘Balik’ Ke Diri Sendiri

Meskipun blog adalah ranah milik pribadi (kecuali blog bisnis atau blog komunitas) tapi tetap saja tulisan termasuk jejak digital. Dan apapun yang ditulis bisa ‘kembali’ ke kita. Jangan sangka kalau ‘cuma’ menulis di blog itu tanpa efek. Justru blog bagai jurnal pribadi yang bisa dilihat semua orang. Mirip seperti curhat di medsos tapi dengan ‘rumah’ sendiri.

Efek baik dan buruknya tergantung tulisanmu. Jadi mau menulis jelek atau baik, nanti will come back to you

Mungkin kita nggak selalu menulis untuk menjelekkan, tapi mungkin menuliskan kesedihan atau kekecewaan. Hal ini bisa membuat kita saat menulisnya mengingat kembali perasaan itu. Dan ‘menularkan’-nya ke yang membacanya. Hal seperti ini bisa membawa balik energi jelek itu ke kita. Yang ditakutkan adalah membuat siklus yang tidak sehat.

Menurut saya paling enak itu menulis untuk memotivasi orang di ranah positif. Insya Allah berpahala juga kalau orangnya sampai timbul niat dan melaksanakannya juga.

Self-Editing Tulisan Sebelum Diterbitkan

Satu hal penting yang harus banget dilakukan kalau kita mau berhati-hati dalam sharing di blog adalah self-editing tulisan sendiri. Sebaiknya baca kembali tulisanmu dan edit/tambah/kurangi tulisan yang dirasa perlu. Ini poin penting karena kadang saat menulis kita bisa ‘terbawa arus’ ingin bercerita sehingga abai dengan hal-hal yang semestinya tidak perlu diceritakan.

Tak cuma baik untuk keutuhan tulisan ketika dibaca, tapi kita bisa sekalian mempercantik tulisan dengan tambahan gambar, video, link atau lainnya. Self-editing is a must. Tahapan ini sebaiknya tidak dianggap sepele.

Tanya Diri Sendiri Jika Membaca Tulisan Ini Tahun Depan, Apakah Kamu Akan Senang?

Punya blog sebenarnya bagai berinvestasi dalam bentuk tulisan. Ibaratnya seperti menabung atau mendokumentasikan pemikiran, gagasan, atau apapun dalam blog. Nah apa jadinya kalau kita malah ‘menabung’ pemikiran jelek? Dan apa benefit-nya jika kita menuliskan itu dan mendokumentasikannya dalam blog?

Yang lebih penting lagi, jika kita buka lagi arsip tulisan blog kita dan membacanya lagi, apakah tulisan itu akan buat kita senang? Sedih? Atau perasaan negatif lainnya? Yuk hindari menulis yang cuma buat kita down atau mengingat lagi hal jelek yang pernah dilalui.

Kesimpulan

Meskipun curhat adalah sesuatu yang biasanya murni ditulis dari batin dan sudah tentu tidak bisa dilakukan ChatGPT, tidak mudah di copy-paste atau semacamnya, kita perlu berhati-hati dalam menulis cerita di blog dan mem-filter/edit tulisan kita sehingga aman. Aman untuk diri dan pihak lain juga. 

Curhat di Blog yang baik adalah yang juga memberikan keuntungan bagi pembaca, dalam artian memberikan nilai positif bisa dari tips ataupun hikmah.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya dan bisa membuatmu ngeblog lebih baik. Apakah kamu punya pengalaman oversharing di blog? Ceritakan yuk!

Sunglow Mama

Seorang Ibu Rumah Tangga yang suka blogging dan berbagi tentang sisi kreatifnya. E-mail saya ke missdeenar@gmail.com untuk kerjasama

View Comments

  • Sekarang ini aku mulai memperhatikan ttg apa2 aja yg dibagi dalam blog mba. Takuuut kalo ternyata isinya malah nyakitin, menjelekkan atau malah berkesan riya'. Memaang sih blogku isinya traveling dan kuliner , hanya itu. Yg aku kuatirin mungkin ada tulisan pengalaman yang diartikan lain oleh pembaca, padahal maksudnya tidak utk menghina atau riya'. Semoga aja ga ada...

    Aku sempet dapat komen yg mencaci maki, setelah dia baca review kuliner yg aku coba di Dieng. Krn memang rasanya tidak sesuai lidah, aku tulis apa adanya. Mungkin yg komentar pemilik warungnya .. ntahlaah. Sebenernya yg aku tulis ga mencaci maki masakannya, hanya bilang ga sesuai Ama lidahku rasanya. Tapi bisa jadi orangnya ttp tersinggung.

    Sejak itu aku putusin, restoran, hotel atau tempat wisata yg sekiranya lebih banyak jelek, aku ga mau tulis di blog. Mungkin hanya di stories IG. Jadi cuma 24 jam aja kan. Yg di blog hanya tempat yg menurutku masih layak didatangin/coba walopun msh ada minus nya (mungkin. )

    Trus ttg mood yang harus bagus dulu, itu juga bener. Aku ga mau nulis kalo memang moodku jelek. Mending tunggu dulu deh. Krn takut hasil tulisannya juga flat jadinya. Dan setelah ditulis, aku biasanya tunggu beberapa hari mba. Ntr baca ulang, edit lagi, biar bwner2 yakin ini tulisan udah bisa dipublish atau blm

  • Aku pernah di komen bla bla bla (baca: riya) karena nulis kegiatan sekolah anakku. Sebenarnya aku nulis buat dokumentasiku sekalian berbagi siapa tahu ada yang perlu, dan itupun sudah aku minimalkan ceritanya (jauh dari aslinya)Tapi komentator ini selalu berkomentar dengan nada yang sama (Seperti: takjub dan sakit bacanya, dll)
    Sampai-sampai saat mau ikutan BW, aku cek di list ada enggak dia, karena aku baper kalau nanti dikomen gitu lagi Hiks
    Tapi, akhirnya kuputuskan tetap nulis saja (tema serupa, meski lebih hati-hati siapa tahu bagi yang lain itu termasuk over sharing), dan ikutan BW seperti biasa, masalah opini pembaca menyikapinya terserah mereka.

  • Satu hal yang akhir-akhir ini terlintas di benak saya adalah oversharing yang membuat identitas diri jadi sangat terbuka sehingga orang bisa mengaksesnya dan berpotensi bisa berbalik kepada diri sendiri di masa mendatang. Terima kasih ya reminder-nya, Mbak.

  • Sepertinya aku pernah ngalami fase oversharing ngeblog waktu aku baru pertama kali kenal blog di tahun 2013an (kalau nggak salah ingat). Sekarang alhamdulillaah sudah nggak karena blogku sudah ada nichenya. Mungkin inilah pentingnya niche blog ya, supaya tulisan kita terkonsep dengan tema tertentu, bukan asal nulis dengan tema bebas yang takutnya malah jadi oversharing apalagi pas bahas pengalaman pribadi :-D

  • Menjadi seorang blogger ini memang sedikit banyak pasti berbagi rasa dan cerita. Semoga apa yang kita bagikan bisa menjadi pengobat bagi sang penulis dan meskipun batasan oversharing ini tampak abu-abu, namun controlling terbaik tetap ada pada diri sendiri.

    Pernah oversharing?
    Pasti pernah. Hihi. dan kalau kembali dibaca, rasanya seperti diary digital yang melemparkanku ke masa lalu.

  • Yes betul juga sih mba. mungkin perlu di saring lagi ketika kita menulis di blog, mana yg layak publish dan mana yg tdk

  • Saya tidak punya pengalaman oversharing sepertinya karena saya jarang menulis hal-hal yang bersifat pribadi. Pernah waktu itu sedang sedih dan ingin menulis. Saya menyiasatinya dengan menulis cerpen seolah-olah fiktif dan bercerita tanpa menyebut instansi.

  • Pengingat diri bagi saya yang baru sekali di dunia blog ini mbak..thanks insight barunya biar Nggak oversharing

  • Pengingat diri bagi saya yang baru sekali di dunia blog ini mbak..thanksinsight barunya biar Nggak oversharing nulis di blog

  • Awal-awal ngeblog kayaknya saya oversharing nih… Lama-lama lihat blog orang lain jadi paham gimana caranya curhat tapi tetap ‘elegan’ wkwkwk.. Makasih reminder nya MBA, harus hati-hati kedepannya soal curhat mencurhat

Share
Published by
Sunglow Mama
Tags: blogger

Recent Posts

Pengalaman Resign dan Jadi Freelancer, Transisi yang Tak Mudah

Pengalaman Resign dan Jadi Freelancer, Transisi yang Tak Mudah - Ngga kerasa sudah 11 tahun…

2 days ago

Photo of the Day : Si Kecil yang Sibuk Memotret Alam

Photo of the Day : Si Kecil yang Sibuk Memotret Alam - Sudah agak lama…

3 weeks ago

Bicara Habit Membuat To-do List Harian

Bicara Habit Membuat To-Do List Harian - Kalau kamu seorang Ibu, mungkin sudah familiar dengan…

4 weeks ago

Photo of The Day : Di Balik Layar Badge MGN Tahunan 2024

Photo of The Day : Di Balik Layar Badge MGN Tahunan 2024 Photo of The…

2 months ago

Nulis Apa Tahun 2025?

Nulis Apa Tahun 2025? Usai membuat e-book 2024 dan blogging, saya jadi menarik kesimpulan bahwa…

2 months ago

Pengalaman Unik dan Berkesan Saat Jepret Foto

Pengalaman Unik dan Berkesan Saat Jepret Foto - Tadinya saya menulis ini demi memenuhi tantangan…

3 months ago

This website uses cookies.