Pengalaman dan Kesan Membuat Bullet Journal – Tidak terasa sudah sebulan lebih menggunakan Bullet Journal. Rasanya tidak terbayang tadinya mau membuat Bullet Journal (BuJo), karena merasa sudah cukup mencatat melalui catatan digital di handphone.
Namun, mencatat di handphone bisa begitu penuh notifikasi dan ‘sibuk’ sehingga membuat fokus saya teralihkan. Membuat Bullet Journal cukup membawa dampak positif setelah diterapkan selama ini. But first thing’s first, mungkin ada yang belum paham apa itu Bullet Journal. Yuk bahas apa itu Bullet Journal.
Bullet Journal Adalah
Kalau dipikirkan secara spesifik, saya nggak begitu paham dasarnya kenapa dinamakan Bullet Journal. Tapi membaca definisi dan fungsinya membuat saya tertarik untuk mencoba:
“Think of it as a next-level diary for not only writing but also drawing. Instead of blank, lined pages, a bullet journal (or BuJo, for short) contains sections to log daily to-dos, keep a monthly or weekly calendar, jot down notes, track both physiological and mental health, and record both short- and long-term goals. … The process should be fun and creative, though. (A great addition to any self-care routine!) Besides a few simple sticking points, like an index and a calendar, the contents of your journal—and just how involved you make it—is entirely up to you.”
Oprah Daily
Jadi kalau diartikan, BuJo mirip sebuah diary yang tidak hanya untuk menulis, tapi juga menggambar. Ia tidak hanya berisi kertas kosong maupun bergaris, tapi berisi kumpulan to-do-list atau daftar yang harus kita lakukan, kalender bulanan maupun mingguan, menulis catatan, bahkan melacak kesehatan mental dan psikologis, juga merekam gol jangka panjang maupun pendek.
Bedanya BuJo juga dengan jurnal biasa adalah prosesnya harus menyenangkan dan kreatif. Kontennya semua bergantung dan menurut kebebasan kita. Pernah dengar juga istilah Bullet Journal digital, tapi saya rasa akan kurang dapat feel atau kesenangannya.
Kenapa Butuh Bullet Journal
Ketika catatan digital saya terasa begitu padat, alias penuh banget. Melihatnya saja saya mulai keteteran sendiri, belum lagi dengan notifikasi chat maupun aplikasi lainnya. Saya merasa butuh ‘ruang’ lain untuk mencatat yang lebih ‘tenang’ tanpa gangguan dan membuat saya lebih fokus.
Bisa saja ya saya melakukan journaling, namun saya juga nggak mau atau sempat menulis jurnal harian dalam bentuk notes buku. Saya senang juga dengan kemungkinan proses kreatif yang saya bisa lakukan dengan bullet journaling, walau kenyataannya saya udah nggak sempat lagi melakukan orat-oret atau doodling, menempel bunga maupun elemen dekor lainnya dalam nge-BuJo seperti membuat scrap book
Berbagai kesibukan yang saya lakukan harian bisa begitu menumpuk hingga membuat kepala saya ‘penuh’. Khususnya ada 4 hal yang saya fokuskan per hari: Kebutuhan rumah dan keluarga, Homeschooling anak, blog dan komunitas.
Satu hal lain yang ingin saya catat adalah melakukan perencanaan konten, yang masih on the works alias masih jadi rencana ke depan. Konten disini dalam konten blog dan social media.
Pengalaman Pertama Membuat Bu-Jo
Ketika mantap mau melakukan bullet journaling, saya mulai cari-cari buku untuk melakukan BuJo. Namun karena khawatir mubazir tidak terpakai (alias tidak terlaksana) plus hemat, saya memilih buku BuJo yang harganya murmer. Isi kertasnya yang penting, berisi dotted paper. Karena saya akan membuat tabel-tabel, jadi rasanya lebih mudah menggaris ketika sudah ada titik-titik (wah padahal saya dulu pernah lho dapat tugas kuliah menggaris dalam beberapa halaman, tapi itupun saya nggak enjoy).
Ketika saya sudah beli, nggak langsung dipakai. Karena biasa, sibuk dan …. awkward! Bingung harus mulai darimana dan melakukan apa. Terbiasa menatap layar dan belum terbiasa, sehingga masih blank harus bagaimana. Terbiasa memakai kertas polos atau bergaris juga jadi aneh melihat titik-titik di kertas, awalnya merasa terganggu. Karena saya pikir titik-titiknya akan berwarna agak pudar atau samar, jadi tidak berwarna hitam solid.
Akhirnya, just do it saja. Awalnya saya menulis semua to-do-list tanpa dikategorikan. Lama-kelamaan saya buat to-do-list harian dengan membuat 4 tabel dengan 4 fokus yang berbeda. Pertamanya sangat teratur menulis per hari, namun sekarang kadang karena kecapekan saya skip 1 hari. Baru mulai lagi membuat besoknya.
Karena tampilan BuJo terlihat tidak menarik dan monoton, saya ingin menambah warna. Belum sempat beli stabilo, saya pakai cat air yang biasa anak saya pakai buat mewarnai. Tak disangka, efek cat air menyerap pada kertas membuat efek rileksasi. Belum warna-warna yang saya pilih juga yang saya suka (dan kebetulan anak saya jarang pakai). Kebetulan juga kertasnya agak tebal mirip kertas concord atau kertas gambar. Saya malah suka efek watercolor dari cat air, jadi sedikit nyeni.
Manfaat Bullet Journal
Tak terelakkan, membuat BuJo harus meluangkan waktu. Namun, waktu yang dipakai ini menurut saya termasuk merawat diri selain dari demi produktivitas. Iya, kita menuliskan hal-hal yang menurut kita penting, sebagai prioritas dan yang harus dilakukan sehingga rencana-rencana dapat tereksekusi dengan baik.
Saya sengaja menulis juga karena butuh fokus, takut terlewat atau lupa dan agar efektif penggunaan waktu harian. Maklum, kalau pagi tentu butuh beberapa waktu sebelum realita terhubung ke otak dan buat kita tersadar, ada hal-hal yang harus dilakukan dari awal hari. Apalagi ketika menjadi Ibu, suka ada hal-hal diluar rencana yang terjadi. Ini membuat otak harus kerap beradaptasi dan re-focus.
Selama hampir 2 bulan, saya sangat terbantu dengan Bullet Journal. Rencana harian, mingguan maupun bulanan lebih terkendali. Ada proses kreatif juga yang dibutuhkan, sehingga tidak terasa monoton dan melulu serius. Memulai hari jadi terasa lebih percaya diri, karena sudah menuangkan isi to-do-list dalam BuJo.
Cara Membuat Bullet Journal Jadi Fun
Membuat daftar kegiatan yang harus dilakukan kadang bisa terasa monoton dan menjemukan. Alhamdulillah dengan BuJo bisa dikreasikan. Ini ada berbagai Bullet Journal ideas sehingga membuat nge-BuJo jadi menyenangkan dan isi log kita lebih bervariasi:
- Menambahkan warna dari berbagai media. Bisa dengan spidol, stabilo, post-it atau penanda halaman, selotip berwarna dan sebagainya
- Menambahkan gambar. Entah gambar desain perencanaan, grafik maupun gambar iseng dan sekedar humor.
- Menambahkan media lain seperti foto, hard-pressed flower atau kertas berwarna maupun jenis kertas berkarakter lainnya.
- Menambahkan kutipan seru, seperti motivasi maupun inspirasi. Kita dapat menghias tulisan kita juga sehingga membuat BuJo jadi lebih bersemangat dan termotivasi dalam mengerjakan aktivitas kita
Penutup
Begitulah sedikit tentang Bullet Journal, pengalaman dan juga tips membuat BuJo jadi fun. Apa ada yang sudah atau mau coba? Bagikan opini dan pengalamannya ya di kolom komentar. Stay Happy! Juga Selamat Hari Ibu.
Waw, kerajinan harian yang unik Teh Andin ^^
Pas belum ngetrend bujo, aku malah udah nge-bujo duluan duluuu pas jaman SMA.. karena nyari agenda yang sreg di hati susah.. emang jadi membantu banget, apalagi pas dulu mau ikutan SPMB.. Sekarang udah mager pakai buku, males nambah barang bawaan, jadinya pakai planner di HP (tp tetep nyatetnya dgn ditulis, gak diketik)
Wah Andina, memang beda ya aktivitas sehari-hari orang Seni Rupa ehehe, selalu nyeni, masya Allah. Saat kuliah dulu, saya sempat berpikiran dan terkagum sama anak-anak SR, ibaratnya kalau ilmu murni sains bisa dipelajari, kalau SENI itu sudah mendarah daging dengan individunya. Ga bisa dipelajari oleh yang tidak punya bakat seni, ehehehe (opini pribadi).
Pertama kali tahu Bujo dari blog-nya mamah pendatang baru di MGN, saya lupa namanya, lucu dan rapih terorganisir.
Bujo-nya unyuuu, Andina. Bagian Andina menceritakan bagaimana warna yang menyerap di kertas malah menjadi salah satu hal yang menenangkan buat Andina, membuatku teringat tentang Art Therapy. 🙂
Owalah, sering lihat buku titik-titik ini tapi nggak tahu itu namanya bujo hehehe.
Iya betul, punya catatan rapi cantik bisa jadi hiburan tersendiri, baik waktu dibaca maupun saat menulisnya. Saya tipikal orang yang ngga bisa mencatat dengan rajin dan rapi, jadi selalu kagum lihat catatan rapi dan cantik
Baru tahu Bujo tehh, makasih sharingnya teh Andina. Hehe bener beda ya anak SR mah, Saya baru sebatas to do list harian aja, di notes biasa wkwkwk
lucu banget Bujo-nya Andina..to do list ku masih di notes HP haha..kadang nulis tapi misah2
Boleh lah dicoba di 2022 hehe
tiap kali awal tahun, liat agenda bagus2 aku pengen beli, pernah bebrapa kali beli dan tetep ga jadi diisi emang. Sekarang aku mengerti kalau agenda manual bukan untukku, masih tetep mengandalkan aplikasi kalendar di HP aja. Notifikasi lain2 yang dinonaktifkan malahan biar ga ketilep. Lebih gampang juga sih nyari-nyarinya, hehehe…
tapi semuanya kembali ke kebiasaan masing-masing emang ya, mungkin untuk yang biasa berkreasi, emang lebih seru kalau pakai buku manual seperti bujo ini.
Cakepnyaaaa… aku pernah ngasih kado ultah ke teman Bullet Journal, trus beli satu buat diriku sendiri. Tapi akhirnya nggak diisi huhu… maunya kreatif dan gambar ini itu tapi kok ya gitulah ada aja alesannya hihi..
Tapi sayang ya teh kalau Bujo ini dijadikan agenda trus tahun depan diganti rasanya gak rela kalau udah dihias2 😀
Baru dengar nih tentang BuJo. Sdh beberapa kali saya coba bikin jurnal-jurnal semacam ini yg bs dikreasikan macam2, tapi belum pernah bertahan lama karna lupa atau gak sempat. Hehe.. Tapi menarik juga sih ya. Mungkin nanti kalau bayi rada gedean, atau anak2 mulai sekolah bisa lg mulai buat jurnal, bs sekaligus menjadi time jg kayanya ya teh? 🙂
kereeennnn teh andina.
aku mau kasih liat ini ke teteh … biar dia bisa ngembangin journal nya jadi lebih bagus.
salam semangat
Wah baru tau ada journal begini. Tapi kutak bisa gambar sama sekali plus malas mencatat. Heuheu. Padahal sudah tau journaling kayak gini tuh bikin memori everlasting. Banyak alasan deh…
Halo Teh. Mamah-mamah nyeni tuh selalu bikin saya terkagum-kagum. Selalu ada wacana dalam benak saya untuk memulai BuJo ini tapi wacana hanya sekedar wacana, bingung mulainya darimana. Tapi bener seperti yang Teteh alami, yang penting mulai dari yang simpel-simpel. Kebayang banget kalau ada waktu setiap harinya nyempetin nge-BuJo, pikiran akan lebih rileks dan rapi. Gak melulu mengandalkan layar ya Teh.
Waaaa jadi ingin mulai bujo lagi. Aku juga dulu sempet rajin Teh, happy gambar2 di buku jurnal, udah coba berbagai style dan layout juga, tapi PRnya di konsistensi huhu. Padahal merasa sangat waras dan terarah hidupnya kalau rajin ngebujo tapi tetep weh suka malas
Andin… Aku juga tertarik untuk buat bullet journal. Mungkin awal tahun depan ini bisa jadi awal yang bagus ya.
aku beberapa bulan terakhir coba bikin jurnal mbak, toolsnya pake sticker yang lucu-lucu beli di olshop
awal-awal mencoba rajin, terus sekarnag malah mentok mau nulis apa
makasih sahringnya , mau coba juga