Sangat susah untuk saya memilih film untuk ditonton sekarang ini. Padahal, dulu saya suka menonton film. Kini, saya sangat berhati-hati karena ingin meminimalisir hiburan tidak perlu atau hanya ingin menonton yang benar-benar berfaedah.
Duh, rasanya judgemental sekali. Tapi itulah, saya memandang film kini bukan hanya hiburan. Ia juga sebuah media menuangkan pikiran orang lain, yang belum tentu cocok dengan saya.
Tak cuma itu, untuk mengulas film ke blog ini pun saya filter sekali. Iya, nggak mau melenceng dari niche. Yah, mencoba menjadi blogger yang setia dengan pilihan niche-nya 🙂 Tak apa, terkadang saya suka membagi ulasan di social media dan website lain.
Kini saya memutuskan mengulas film bergenre drama-comedy, Where’d You Go, Bernadette? (2019), yang diadaptasi dari novel berjudul sama, karena alasan-alasan yang saya akan ceritakan di bawah ini. Tapi pertama-tama, saya mau menulis sinopsis film ini dulu.
Sinopsis
Film Where’d You Go, Bernadette? bercerita tentang seorang ibu rumah tangga yang anti-sosial, Bernadette Fox (Cate Blanchett). Ia tidak suka beramah tamah dengan tetangga maupun ibu-ibu di sekolah tempat anaknya mengambil studi. Interaksinya sehari-hari hanya kepada anak perempuannya, Bee (Emma Nelson) dan kepada suaminya Elgie (Billy Crudup) yang cukup sibuk dengan pekerjaannya.
Namun, ‘ketenangan hidup’ Bernadette terusik ketika Bee menagih janji orangtuanya kalau ia berhasil mendapat nilai sempurna di sekolahnya, orangtuanya harus mengabulkan apapun permintaannya. Bee lalu menyatakan keinginannya untuk traveling ke Antartika bersama kedua orangtuanya.
Ketika tak ada satupun orangtuanya yang menolak permintaan Bee, gadis itu kegirangan dan bersemangat. Tapi kecemasan menyerang Bernadette karena berbagai ketidakpastian yang mungkin terjadi di perjalanan. Seperti interaksi dengan orang-orang, mabuk laut dan sebagainya. Wanita itu sampai tidak bisa tidur karena paranoid.
Bernadette mempersiapkan berbagai kemungkinan yang ia tidak sukai, lalu memerintahkan virtual assistant dari India bernama Manjula untuk membantunya. Salah satunya, rompi memancing dan obat-obatan untuk mabuk laut yang ternyata terlalu kuat untuk ia konsumsi.
Masalah semakin pelik ketika tetangga Bernadette yang penuh agenda sosial dan berkomunitas, Audrey (Kristen Wiig), setengah ‘memaksa’ dan meminta Bernadette mencabut tumbuhan Blackberry dari halamannya. Bernadette tersinggung, tapi menuruti kemauannya dengan setengah hati dan memesan papan peringatan tentang larangan menginjak area rumahnya.
Di salah satu acara sosial Audrey, lahan tanah dari pekarangan Bernadette mengalami longsor hingga membanjiri rumah Audrey, membuat Audrey murka. Disinilah Audrey meluapkan kemarahan sekaligus ketidaksukaannya pada Bernadette.
Efek dari kejadian ini pun membuat Elgie khawatir akan kondisi istrinya. Ditambah suami Bernadette itu menemukan istrinya tertidur di apotik karena tak bisa tidur semalaman. Kejadian semakin runyam ketika virtual assistant Bernadette, Manjula, ternyata ‘bermuka dua’ dan membuat Elgie minta bantuan psikiater untuk Bernadette. Bernadette dihadapkan ke pilihan gagal jalan-jalan ke Antarktika dan masuk ke klinik sakit jiwa.
Review
Saya tak punya ekspektasi apa-apa ketika menonton film ini. Sebagai mantan blogger film, saya kadang mengandalkan insting saja dalam memilih apa yang mau ditonton. Saya pilih film ini karena melihat Cate Blanchett memerankan tokoh utama dan membaca ringkasan filmnya dari layanan streaming film. Insya Allah, kali ini saya pilihan saya tepat; film yang ringan namun sarat makna, terutama untuk ibu kreatif.
Dari segi plot, sebenarnya alur cerita film ini sederhana dan tidak banyak twist. Tapi yang menarik perhatian adalah lapisan emosi dari Bernadette yang diperankan Cate Blanchett. Dari luar ia terlihat begitu dingin dan menjaga jarak, tapi ternyata perasaannya peka. Buktinya, ia menangis terharu melihat penampilan Bee di panggung dan ketika menyanyikan lagu yang penuh nostalgia di mobil.
Mungkin juga saya melihat sedikit sisi saya dalam Bernadette, seorang Ibu yang ‘lupa’ dengan dunia personalnya karena fokus menjadi Ibu sehingga tak sadar ia semakin tidak menjadi dirinya sendiri. Tapi dalam kasus Bernadette, ia sudah terlalu lama menjauhi dunia kesukaannya, yaitu 20 tahun.
“People like you must create. If you don’t create, Bernadette, you will become a menace to society.”
Misteri sebenarnya di film ini adalah alasan kenapa Bernadette meninggalkan dunia arsitek. Padahal, dia sangat brilian dalam pekerjaannya.
Disinilah letak kepiawaian akting Cate Blanchett, terutama dalam klimaks-nya. Ia berhasil terlihat sombong namun rapuh, cuek di luar tapi penyayang kepada Bee. Biasanya saya nggak suka kalau sebuah karakter suka nyerocos kebanyakan, tapi dengar Bernadette berkeluh kesah sambil nyinyir tidak terdengar mengganggu. Malah menarik.
Seandainya ada lebih banyak cerita di bagian Bernadette merenungi kenapa dia ‘menghilang’ selama 20 tahun. Mungkinkah ada penyuntingan cerita dari novel ke naskah cerita?
Alasan lain kenapa saya suka film ini mungkin karena disutradarai Richard Linklater, yang film-filmnya sempat saya juga suka seperti Before Midnight dan School of Rock.
Saya juga suka melihat karya-karya Bernadette yang terlihat di film ini. Di salah satu cerita profil Bernadette, memperlihatkan bahwa ia berusaha memecahkan masalah lingkungan hidup dengan desain arsitektur.
Setting Lokasi
Dari segi setting atau lokasi syuting, Where’d You Go, Bernadette cukup unik. Yaitu, bercerita di Antartika yang ada di bagian akhir film. Ada rasa refreshing melihat pemandangan Antartika yang serba es dan putih. Tapi ternyata syuting set Antartika film ini diambil di daerah Greenland. Saya juga suka rumah tua besar keluarga Bernadette yang agak rustic dan tidak terawat, namun memiliki nilai estetika.
Akting dan Kecocokan Casting
Tak perlu mengomentari akting Cate Blanchett, karena saya rasa sambil merem juga dia bisa perankan Bernadette Fox. Saya pernah melihat wanita ini perankan musisi PRIA sampai buat saya lupa gender aslinya perempuan. Saya juga pernah nonton perannya yang agak mirip dengan karakter Bernadette dari sisi arogansi, jadi saya tidak begitu terkejut melihatnya perform karakter ini dan bagus.
Sementara peran Billy Crudup sebagai Elgie menurut saya biasa-biasa saja. Mungkin Elgie di film ini cuma butuh terlihat kebapakan dan lembut sebagai suami, namun di pekerjaannya dia terlihat jenius dan mengintimidasi. Akting Billy Crudup baik, tapi tidak memaksimalkan kemampuan aktor itu.
Sementara Cate Blanchett cukup cocok chemistry-nya dengan Emma Nelson sebagai ibu dan anak, tapi yang agak miss menurut saya, walau agak minor, cuma wajah mereka nggak mirip-mirip amat.
Pesan Film: Ibu Bahagia, Keluarga Bahagia
Kenapa saya memilih Where’d You Go, Bernadette sebagai film untuk tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni, yang temanya Film Keluarga? Karena sosok Ibu termasuk sosok inti dalam keluarga. Kalau ibu tidak bahagia, maka keluarga juga ikut tidak bahagia. Efeknya bisa seperti Bernadette Fox yang hidup penuh kecemasan dan menolak dunia luar.
Di sisi lain, ada pesan moral bagus lain seperti penilaian orang dari luar yang belum tentu benar. Yang paling tahu kita adalah orang-orang terdekat, sementara pihak luar cuma bisa menganalisa dan mengira-ngira.
Kesimpulan
Ada banyak hal yang saya suka dalam film ini, salah satunya akting Cate Blanchett, lokasi cerita dan pesan cerita buat Ibu kreatif. Film ini cocok ditonton buat para ibu-ibu dan anak perempuannya, bisa sebagai ajang bonding keluarga di hari santai seperti di kala weekend.
Detil Film
- Tanggal rilis: 16 Agustus 2019 (Amerika)
- Sutradara: Richard Linklater
- Cerita oleh: Maria Semple
- Nominasi: Penghargaan Golden Globe untuk Aktris Terbaik – Musikal atau Komedi
- Skenario: Richard Linklater, Vincent Palmo Jr., Holly Gent, Holly Gent Palmo, Scott Neustadter, Michael H. Weber
Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Where%27d_You_Go%2C_Bernadette_%28film%29?wprov=sfla1
wah, saya jd pengen nonton filmnya nih, merasa relate krn sama2 arsitek dan sama2 kurang suka berinteraksi dgn tetangga
Coba deh teh nonton, nanti share pendapatnya ya
Teteeeh, aku langsung tertarik karena yang main Cate Blanchett, my crush since LOTR
Terima kasih ulasannya. Teteh nonton di platform apakah? Aku cari di netflix ga ada 🙁
Nonton di mola TV teh. Oh iya dia di LOTR juga ya, lupa
Pantesan ulasannya lancar meluncur. Karen ditulix oleh bloggee film. Selamat sore, selamat sore, Mbak
Trimakasih Andina atas review film Where’d You Go, Bernadette , akan saya masukkan to-watch-list. Astaga, saya kok ngakak sendiri dengan diri saya sendiri, saya mengklaim diri saya punya nama tengah FILM karena pecinta film, ehhh setelah membaca review film yang beberapa member Mamah Gajah Ngeblog buat, ternyata banyak juga yang belum saya tonton, bahkan baru saya tahu. Ehehehe.
“Dari luar ia terlihat begitu dingin dan menjaga jarak.” Ehehe, kesan saya melihat Cate Blanchett saat sedang tidak syuting pun, seperti itu. Sepertinya beliau memang sering berakting dengan ekspresi ‘poker face’ ya.
Apalagi aku sejak punya anak ga pernah merhatiin film, kecuali ga sengaja. Ini pas ada tantangan MGN aja rada lihat2.
Iya sih Cate Blanchett emang default mukanya gitu. Makanya dia terpilih jadi Bernadette juga sepertinya.
Biasanya novel sama film berbeda mbak. Banyak kadang hal2 menarik di novel gak dimasukkan ke film, kadang malah diganti skenarionya.
Wah Mamah Gajah bareng kak Risna dan kak Rijo ya? Hihi. Menarik reviewnya, saya belum nonton filmnya sih. Udah lama banget nggak nonton film Hollywood, kangen juga. Sekali kali nonton lah..
Saya belum nonton filmnya tapi membaca tulisan ini, merasa Mbak Andina menuliskannya dengan detail. Saya suka review yang membahas jalan cerita, karakter, dan menganalisa apa-apa yang sesuai logika/masuk akal dan “miss”. Sayajuga dulu penyuka film yang di dalamnya ada konflik psikologis yang keras. Cerita film Where’d You Go Bernadette ini bisa saya bilang bagus, dijalani dengan sangat baik oleh Cate …. wow, luar biasa, ya.
Kalau ada nama Bernadette entah kenapa kok malah kepikiran sama Bernadette di serial The Big Bang Theory mam. Udah terlanjur nempel gitu lho, hihihi…. Btw, seru juga ya tantangan ngeblog dari mamah gajah, tertarik deh.
Message-nya luar biasa ya Mbaaa
memang ibu kudu hepi.
kudu bahagia, supaya bisa membahagiakan elemen keluarga yg lain juga.
Duh pesannya menohok banget ini. Ibu yang terlalu larut menjadi ibu sehingga lupa diri sendiri. Alur reviewnya bagus, aku jadi pengen merombak tulisan aku #loh
Ibu berhenti berkarya akan membuatnya kehilangan sesuatu. Memang benar sih, ibu yang bahagia bakal bikin keluarga juga ikut bahagia. Jadi biar jadi ibu yang bahagia, tetep harus punya me time, jalani hobi juga biar ada keseimbangan aja meski ibu ini stay at home selalu
Saya seperti mengaca pada diri sendiri, karena seperti Bernadette, saya kurang bersosialisasi. Bedanya saya enggak perlu virtual assistant, hehehe.. By the way, kisahnya menarik mba, saya suka.. Mungkin saya akan cari dan nonton film ini 🙂
Wah, jadi inget ke diri sendiri. Kapan ya terakhir kali saya nonton film Hollywood? Rasanya sudah lama sekali. Selama ini ‘cuma’ sempat nonton film anak negeri dan Korean Movie, nih. Jadi, pastinya saya belum nonton film ini 🙂
Akhir-akhir ini kebetulan saya suka membaca dan menonton tentang dunia ibu, terutama tentang sisi psikologisnya. Setelah membaca ulasan Mbak, jadi tertarik juga, nih. Filmnya related to us sih yaa. Ada hal-hal yang ‘terpendam’ yang tidak semua orang bisa paham. Yes, ibu yang bahagia akan berefek pada keluarganya.
Kisahnya menarik ya mbak jadi pengen nonton film ini..menurut saya kesan psikologisnya dalam banget deh..banyak pelajaran yang bisa diambil ..keren lah