Weekend ‘Reset’, Harapan dan Kenyataan

weekend-reset-harapan-dan-kenyataan.jpg

Weekend ‘Reset’, Harapan dan Kenyataan – Waktu membuat tulisan membahas aktivitas weekend yang produktif, saya sedang bersemangat merencanakan akhir pekan yang sangat ‘bergizi’. Juga melakukan hal-hal yang bisa saya cicil lakukan sebelum hari biasa mulai. Ini karena hari-hari biasa saya adalah hari-hari dimana anak saya diharuskan belajar dan di saat yang sama saya juga bekerja sebagai freelancer.

Meminjam istilah di media sosial, weekend reset adalah istilah ibu-ibu rumah tangga di luar negri yang membersihkan rumah menjadi ‘bersih kembali’ sebelum weekday dimulai. Ada juga ibu-ibu yang suka membagikan tips scheduling seminggu ke depan seperti merencanakan menu makanan atau aktivitas harian. 

Oh saya ingin sekali menjadi ibu-ibu yang bersemangat dan termotivasi itu. Dan 50:50 seringnya saya bisa. Namun akhir pekan saya tidak selalu seperti itu. Alih-alih mengambil jeda, saya malah kelelahan karena berusaha mengerjakan banyak hal saat akhir pekan.

Kali ini saya ingin lebih detil mengulik kenapa dan bagaimana biar ngga kaya begini lagi. Dimulai dengan penyebabnya:

Yang Membuat Weekend Tidak Produktif

Kebanyakan Agenda

Berkaca dari kesalahan saya dalam harapan menjalani weekend yang produktif, saya seharusnya tidak terlalu ‘berharap’ pada waktu saya di akhir pekan. Begitu banyak hal yang saya kesampingkan karena menunggu waktu akhir pekan membuat agenda di waktu itu terlalu penuh. 

Ekspektasi saya juga terlalu tinggi. Rasanya saya lupa kalau sehari ada 24 jam, minus waktu tidur dan hal tak terduga seperti kedatangan tamu atau bangun kesiangan.

Kurang Istirahat atau Mood Menguap

Begitu fokus akan hal-hal seharusnya yang saya lakukan di akhir pekan dan kebanyakan agenda, membuat saya lupa bahwa saya seharusnya juga memikirkan untuk menyenangkan diri saya sendiri. Refreshing atau cukup istirahat juga perlu. Jika tidak, bagaimana mau melaksanakan to-do-list? Mood saja tidak ada. Seringnya karena cranky karena kurang istirahat. 

Memaksakan diri melakukan berbagai hal walau kurang istirahat atau mood ngga ada, malah menjadi bom waktu. Bisa jadi badan menuntut istirahat karena tidak fit. Atau perasaan diri malah jadi ingin marah-marah. 

Ada Pekerjaan atau Demand Lain

Salah satu keuntungan bekerja lepas adalah waktu yang fleksibel. Tapi itu juga berarti pekerjaan dapat masuk kapan saja dan tak kenal waktu. Termasuk saat weekend.

Alhamdulillah, kita masih dikasih rejeki. Maka itu ketika pekerjaan masuk saat weekend ya disyukuri saja dan berupaya menggeser kegiatan lain yang tidak begitu prioritas untuk dilakukan.

Solusi Membuat Weekend Yang Sukses

Tak Perlu Tunggu Akhir Pekan Melakukan Sesuatu 

Kita tidak perlu harus menunggu akhir pekan melakukan sesuatu apalagi jika hal itu urgent. Jika waktu lowong ternyata tersedia, lakukan saja yang bisa kita lakukan. 

Misalnya ada waktu 15-20 menit, luangkan untuk berolahraga atau scheduling. Atau meal prepping dan mungkin decluttering? Ya dimanfaatkan saja.

Beberapa minggu ini saya meluangkan waktu hari Jumat malam untuk mengulas aktivitas homeschooling anak. Dan bahkan merencanakan kegiatannya seminggu ke depan. Sehingga ketika akhir pekan datang, dua hal itu sudah dicoret dari hal yang seharusnya saya lakukan saat akhir pekan. 

Membuat Prioritas

Seperti yang disebutkan sebelum-sebelumnya dari referensi yang pernah saya baca, tak perlu melakukan semua hal di akhir pekan. Lakukan yang paling prioritas atau yang sangat urgent

Seperti yang disebutkan dalam Buku Eat That Frog!, jika ada banyak hal yang harus dilakukan sekaligus, buatlah daftar. Dan dari daftar itu urutkanlah yang paling harus segera dilakukan hingga yang paling tidak darurat. Dengan membuat daftar prioritas begini kita jadi tidak melakukan sesuatu yang sebenarnya bisa ditunda nanti saja. Atau bisa ditugaskan ke orang lain. 

Wajib Luangkan Refreshing

Karena banyaknya hal yang harus dilakukan di akhir pekan, sehingga kita bisa saja mengesampingkan refreshing untuk diri kita sendiri. Padahal, minggu depan sudah dimulai aktivitas harian.

Meskipun tak banyak waktunya, kita harus luangkan waktu untuk mencintai diri sendiri. Ini penting bukan untuk diri anda sendiri juga. Tapi juga untuk orang-orang terdekat anda, yang mungkin bisa kena ‘semprot’ anda atau kena dampaknya jika anda cranky karena kurang istirahat. Atau karena mengalami stres dan bahkan sakit akibat bekerja terus. 

Beberapa waktu lalu akhirnya saya ‘patenkan’ hari Minggu sebagai hari slow down. Alias kalaupun ada pekerjaan lepas, saya nggak bisa seratus persen. Soalnya saya juga manajer rumah alias IRT. We prepare the basic stuffs before the others.

Manfaatkan Tools/Alat Pendukung Atau Jasa 

Jujur saja, kita bukanlah manusia serba bisa. Tidak mungkin melakukan semua sekaligus. Jadi tak apa kok untuk memanfaatkan alat atau jasa yang bisa membantu pekerjaan kita selesai. 

Mencontoh diri sendiri yang ingin perfeksionis menyuci baju sendiri karena ngeri ngga bersih di jasa binatu, akhirnya saya menyerah (karena kebetulan saya tumbang sakit) dan memanggil jasa binatu untuk mengambil pakaian kotor. Insya Allah nggak apa-apa.

Saya juga berusaha masak makanan yang siap dimasak alias sudah setengah di prep. sehingga lebih praktis dibuat. Ini dengan pertimbangan makanan tersebut diterima atau disukai keluarga juga.

Moms, kita juga bisa memakai pengingat digital atau planner. Memanfaatkan teknologi itu boleh banget selama ngga merugikan siapa-siapa. Baru-baru ini saya memanfaatkan aplikasi produktivitas untuk menulis jadwal belajar anak saya. Juga mencatat pengingat untuk melakukan sesuatu, seperti mengkontak seseorang atau lainnya.

Atau saya masih bermimpi punya alat vacuum otomatis agar lantai bisa bersih di pel sembari saya mengurus errands lainnya. Memasak dengan oven agar lebih oil-free dan sambil menunggu makanan dipanggang, bisa mencuci piring atau mengupas buah.

Yah temukan tools atau alat pendukung kita sendiri. Disesuaikan dengan kondisi keluarga masing-masing.

Berdamai dengan Keadaan

Terkadang, kita bisa membuat jadwal dan perencanaan serinci apapun. Tapi kalau kehendak-Nya berbeda, ya tetap saja tidak kejadian. Jangan lupa untuk menyerahkan perencanaan juga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan jangan lupa kalau kita nggak mungkin melakukan semua sendiri tanpa bantuan-Nya.

That’s why sebaiknya kita sertakan doa di awal hari. Agar Yang Maha Mengatur mendapatkan hak-Nya terlebih dahulu.

Penutup

Begitulah sedikit blunder saya dari awal artikel agar akhir pekan produktif, tapi malah merepotkan diri sendiri. Moga-moga pengalaman dan tips saya ini bisa membantu semua yang membacanya.

2 thoughts on “Weekend ‘Reset’, Harapan dan Kenyataan”

  1. Aku sendiri kalo weekend itu memang waktunya istirahat sih mba, jd agak susah juga buat produktif. Tapi tetep kok ga 100% santai2, krn kadang pas weekend lah aku bikin draft utk tulisan baruku di blog yg biasanya update tiap selasa.

    Krn biasanya ga akan sempet di hari weekday.

    Yg penting sih, aku hrs selalu buat things to do memang. Tanpa ini jd kayak ngeblank mau lakuin apa. Things to do membantu banget utk lbh organized dan menyelesaikan tugas2 tepat waktu

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Scroll to Top